NAFAS rasanya sudah tersendat dengan bulir keringat sebesar jagung mengalir di pelipis sang raja. Matanya yang kelam sedikit meredup, kabut kesakitan terlihat jelas di dalam sana, mengisyaratkan kesakitan yang tak berujung adanya. Bahkan telinganya sudah tak mendengar dengan jelas saat Kun memanggil namanya, berdengung seperti serangan kawanan lebah. Bahunya digoncangkan kuat, mencoba menampakkan kesadaran yang mulia agar tak direnggut kegelapan malam, bahkan direnggut oleh kegelapan abadi. Tidak untuk sekarang ini.
Mark menggeleng keras mencoba menghalau kabut yang terlihat di ujung bulu mata, tangannya yang pucat terangkat membelai udara dingin, penuh darah dan tanah sehabis pertarungan. Buku-buku kukunya seketika memutih dan menebal saat tangannya menggenggam kuat anak panah yang menembus dagingnya, nafasnya kian menderu mencoba mengumpulkan keberanian dalam genggaman, dengan erangan yang mampu memecah keheningan. Mark mematahkan anak panah yang bersarang dalam dirinya hingga ujung tajamnya sudah tak lagi menjadi halangan, melempar ujungnya ke atas tanah di bawah kaki berpijak, Kun yang melihatnya langsung mencabut sisanya lewat belakang punggung, dan sekeita itu juga cairan pekat berwarna merah mengarah kehitam terciprat semakin mekar hingga leleh di belakang punggung sang raja.
Seketika Kun panik dengan bola mata yang bergerak ke segala arah, berusaha telapak tangan ditempelkan pada lubang yang terdapat akibat anak panah tak peduli jika tangannya berbau anyir dari darah milik Mark, menekannya kuat berharap darah yang keluar berhenti barang sesaat. Tapi punggung itu malah menjauh, menghindari sebagaimana Kun ingin membantu.
"Yang mulia tolong diam sebentar," Kun hendak menghentikan Mark menarik punggung itu agar kembali duduk, namun ia enggan untuk berhenti. Tungkainya di bawa berdiri, melangkah pelan ke arah tubuh Haechan yang disangga oleh Yuta, tertidur di lengan sang prajurit dengan bola mata yang terlihat damai namun gelisah secara bersamaan, alisnya sedikit bertautan dan berkedut beberapa waktu.
Mark berlutut, "biar aku." ucapnya dengan tangan yang terangkat, sisa-sisa darah yang kini mulai mengering pada ujung tetesan menyisakan luka basah dengan daging yang terkoyak. Matanya sendu menyiratkan kekhawatiran yang luar biasa, bahkan sakit yang dirasakannya sekarang kalah dengan rasa khawatirnya terhadap sang peri hutan.
"Kau sedang terluka yang mulia biar aku saja, Hendery akan memapahmu. Membantumu berjalan kembali ke istana yang mulia. Untuk masalah galian kita lanjutkan saat kondisimu membaik yang mulia, aku dan Hendery akan mengawasi secara bergantian." Yuta mengangkat sebelah tangan, mencegat Mark yang hendak mengambil tubuh Haechan dari dirinya.
"Tidak apa, itu sudah menjadi tanggung jawabku. Kau hanya perlu menjaga kami dari belakang, pastikan kami berdua tak terjerembab ke bawah. Aku masih kuat Yuta, berikan dia padaku. Ini perintah. Dan soal galian, aku akan menerima pendapatmu, jadi sekarang. Serahkan Haechan padaku." ucapnya lirih dengan suaranya yang memberat, deru nafasnya terputus-putus mencoba terdengar senormal mungkin agar tak nampak lemah hingga Yuta akan menyerahkan Haechan.
"Baiklah yang mulia." Yuta menaikkan sedikit tangannya yang menyangga tubuh Haechan, dari arah belakang tubuh Mark, Kun membuka dan memakaikan Mark jubah miliknya. Walaupun itu kotor dan lembab, setidaknya dapat melindungi sang raja dari hawa dingin yang mulai menggigit dengan ganas, dan itu akan menutup luka-luka yang nampak pada sekujur tubuh sang raja.
Dengan kesadaran dan kekuatan yang tersisa. Mark meraih tubuh Haechan yang masih tak sadarkan diri, satu tangan diselipkannya di bawah lutut sedangkan satunya lagi berada di belakang punggung diantara pangkal sayap yang tertekuk lemas. Dapat dirasakannya sebagaimana halusnya sayap Haechan bagai kain satin yang baru terkena sinar keemasan dari bola raksasa bernama matahari, terasa hangat di sana dengan serat serta guratan seperti lukisan pada kanfas. Tungkainya mulai dibawa berdiri, memposisikan tubuh Haechan pada posisi senyaman mungkin. Di bawah sinar perak sebagai penerang, Mark mulai melangkahkan kaki kembali ke istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[10] The Last Aurora Fairy
Fanfiction[COMPLETED] [Kingdom] [Legend] Sebuah kerajaan dan kastilnya dikutuk oleh roh hutan. Raja yang angkuh dan sombong diubah menjadi sosok menyeramkan dengan rasa kesepian yang sangat menyiksa. Penyelamat. Hanya dia, keturunan dari peri terakhir yang bi...