MARK merasa ada yang sedang menggangu tidurnya saat ini. Rambutnya seperti sedang digigit hewa-hewan kecil, ditarik hingga seperti akan tercabut dari kulit kepalanya. Ada sesuatu yang sedang berjalan juga di atas dadanya, saat dia membuka matanya, hal pertama yang dia lihat adalah rimbunnya pepohonan yang menghalau sinar matahari untuk masuk ke dalam iris matanya, kelopak bunga yang melindunginya tadi malam sudah terbuka dan mekar. Ia menundukkan kepalanya sedikit untuk melihat sosok apa yang tengah bermain di dadanya yang tertutup pakaian tebal, saat mata itu sudah menyesuaiakan dengan sendirinya, hal yang dilihatnya adalah sepasang tupai yang sedang mengunyah kacang dalam mulutnya. Mulutnya mengembung dengan dua gigi yang terlihat jelas mengintip dari celah bibir mereka yang seperti buah strawberry.
PLOP
PLOP
Kedua tupai itu memuntahkan kacangnya dan diarahkan tepat ke wajah sang raja hingga terbentur di hidung dan di pipi sebelah kanan sang raja. Mark begitu marah karena hidung serta pipinya dilempari oleh hewan yang tidak berotak, ia baru bangun tapi sudah mendapatkan hadiah sebuah lemparan kacang. Dia segera bangun ingin menangkap kedua tupai itu untuk memberikannya pelajaran. Namun kedua tupai itu lebih dulu berlari, turun dari dada sang raja dan menaiki pohon terdekat yang bisa mereka naiki. Tapi, masih ada satu tupai lagi yang masih menarik-narik rambut Mark, sang raja mengambil tupai itu menggunakan satu tangannya.
Dia mengrenyit bingung karena dia seperti melihat tupai itu seperti sedang mengomel ke arahnya. Bersungut-sungut dengan mata yang disipitkan, tubuhnya bergoyang-goyang mencoba melepaskan diri dari Mark, karena tidak mengerti bahasa tupai, Mark melemparnya ke bawah. Sang tupai mengangkat satu tangan kecilnya dan mengomel lagi ke arah Mark sebelum pergi menyusul ke dua temannya yang lebih dulu pergi ke atas pohon.
"Dimana Haechan?" Mark mengedarkan pandangannya, hari sudah sedikit siang karena sinar matahari yang lumayan terik namun belum sampai di pucuk kepalanya. Tepat saat dia turun dari putik bunga, dua kacang yang dilemparkan oleh kedua tupai itu menggelinding dari tubuh sang raja. Mark menendangnya hingga itu keluar dari dalam bunga raksasa.
Aroma harum bunga langsung menyerang hidungnya, malam dan siang sungguh berbeda. Saat ini Mark melihat banyaknya bunga warna-warni yang tumbuh, kupu-kupu yang terbang dan beberapa hewan seperti kijang menatap dirinya dengan ketakutan. Beberapa darinya berlari dan melompati aliran sungai yang tidak jauh dari tempat Mark berada, air sungai yang mengalir jernih dengan beberapa ikan yang berenang melawan arus.
Mark turun dari kelopak bunga raksasa, berjalan ke arah pohon yang pernah ditunjuk Haechan tadi malam, dimana pohon itu merupakan tempat seharusnya sang peri untuk tertidur. Namun Mark memaksanya untuk tidur bersama, takut-takut sang peri hutan akan kabur atau bahkan memberikan mantra pada tubuhnya. Tapi, semua kecurigaannya tidak terjadi.
Dikejauhan dia melihat pohon itu bercahaya dengan bunga beraneka ragam pada ranting hingga dedaunannya. Pada bawah pohon tepatnya pada tempat keluarnya cahaya seperti kunang-kunang, sosok sang peri hutang tengah duduk dengan kedua telapak tangan menempel pada batangnya.
Mendengar suara langkah mendekat, Haechan mengangkat wajahnya. Memandang ke arah Mark yang kini mendekati dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[10] The Last Aurora Fairy
Fanfiction[COMPLETED] [Kingdom] [Legend] Sebuah kerajaan dan kastilnya dikutuk oleh roh hutan. Raja yang angkuh dan sombong diubah menjadi sosok menyeramkan dengan rasa kesepian yang sangat menyiksa. Penyelamat. Hanya dia, keturunan dari peri terakhir yang bi...