[9•] Fairy Tale 💮

4.7K 670 22
                                    

BULAN menerpa tabung bunga mawar yang terletak di dekat jendela kamar sang raja, saat mata itu terpejam erat, terpaksa harus terbuka karena rasa panas dan sakit yang begitu terasa pada luka yang terdapat pada dadanya.

Mark mengerang keras, meraung hingga bergema di sepanjang lorong istana. Peluh keringat bercucuran di keningnya hingga membasahi setengah wajahnya, ia mengoyak bajunya sendiri karena panas yang seperti membakar seluruh tubuhnya. Koyakan bajunya dia lempar ke atas lantai, Mark menyentuh lubang-lubang pada dadanya yang menganga. Perih dan ada darah yang mulai menetes.

Matanya melirik ke arah tabung bunga mawar yang berkilau dibawah terpaan sinar rembulan, satu kelopaknya kembali jatuh. Semakin hari saat kelopak itu jatuh maka rasa sakit yang dirasakan oleh Mark bertambah dua kali lipat. Dan malam ini, bunga itu menanggalkan kelopaknya lagi, jatuh di atas beberapa kelopak yang sudah layu dan mengering.

Rasa sakit ini pasti dirasakannya hingga pagi akan menjelang, atau bahkan hingga kelopak yang jatuh itu mulai melayu.

Kedua telapak tangannya menutupi wajahnya yang terasa begitu panas mengeratkan cengkeramannya seolah ingin meremukkan wajahnya sendiri, dia benar-benar tidak tahan. Rasa sakit ini menggerogoti seluruh tubuhnya. Sang raja bahkan melempar bantal dan semua benda yang dapat digapainya, semuanya berhamburan di atas lantai saling menumpuk dan menyebar.

"Yang mulia......" suara kecil terdengar dari luar kamarnya, sebuah kepala menyembul dari balik pintu kamarnya yang menjulang tinggi.

Di dalam sayupnya sinar rembulan yang menerangi kamar sang raja, Haechan sang peri hutan berjalan perlahan menghindari barang-barang yang berceceran di atas lantai. Sayapnya berkilau sayu menerangi langkah kakinya yang melewati beberapa pecahan keramik dan juga beberapa benda yang dapat membahayakan dirinya.

"Kenapa masuk?" jawab Mark dengan nafas yang terdengar berat, dadanya naik turun dengan cepat.

"Tentu saja aku akan melakukan tugasku." Haechan berdiri di sisi ranjang, tangannya ia sentuh pada pundak sang raja. Mengelusnya pelan hingga hawa dingin mulai terasa, iris cerah Haechan menatap mata Mark yang terpejam mencoba untuk mengatur nafasnya agar kembali beraturan.

Sang peri hutan menatap lubang-lubang yang terdapat pada dada sang raja. Lubang-lubang itu kembali menganga dan terlihat semakin parah. Menghitam, dengan sisi luar yang membusuk dan beberapa diantaranya bahkan ada yang sudah mengeluarkan bau tidak sedap. Tubuh Mark seperti mayat yang perlahan-lahan mengurai.

Kelopak mata kelam itu terbuka dengan iris yang mengarah langsung pada iris cerah milik sang peri hutan, tatapan mereka bertemu dalam remang-remang cahaya bulan yang masuk dan memantul pada tabung mawar di dekat jendela.

GREPP

Tangan besar itu tiba-tiba saja memeluk Haechan. Melingkarkannya pada pinggang sang peri hutan, wajah sebelah kiri Mark menempel diantara dada dan perut Haechan yang masih berdiri di pinggir tempat tidur dengan kedua tangan yang melayang di udara karena keterkejutan saat Mark memeluk dirinya erat.

"Rasanya nyaman dan dingin." ucap Mark lirih dengan kedua mata yang terpejam. Dia semakin mengeratkan tubuhnya saat dirasakan hawa dingin mulai menghilangkan panas pada tubuhnya.

Haechan hanya diam, ia menatap surai hitam itu dari atas dengan kepala menunduk. Tidak ada pergerakan dari Mark untuk segera melepaskan diri dari tubuhnya, ia dapat merasakan hawa panas yang menjalar di dada hingga pinggangnya yang dilingkari tangan besar sang raja.

Awalnya dia ragu untuk membalas, namun dengan hati-hati tangan Haechan yang awalnya masih menggantung di udara kini perlahan memeluk kepala Mark yang bersandar pada dirinya, matanya terpejam merasakan hawa tubuh mereka yang menyatu. Tangan kanannya setengah melingkar dengan telapak tangan yang menyentuh dahi sang raja. Sedangkan tangan kiri Haechan merangkul pundak Mark yang perlahan terasa menghangat.

[10] The Last Aurora FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang