[31•] Fairy Tale 💮

3.4K 448 8
                                    

BLUE berlari kencang, membawa keempat kakinya menyusuri hutan rahasia dan keluar dari sana. Membawa tubuh Haechan yang berada di atas punggungnya, berpegang erat dengan tangis yang tak bisa ditahannya. Sesekali punggung tangan Haechan menghapus air yang bergulir di pipinya, menyisakan sesak begitu dalam. Ia mengeratkan genggaman hampir membuat bulu-bulu milik Blue tercabut dari permukaan kulit.

Dengan genggaman tangan yang begitu kuat membuat Blue merintih tanpa sadar mengangkat dua kaki depannya, menjerit hingga kaki tergelincir. Tubuh Haechan yang berada di atas terjatuh, begitupun dengan tubuh Blue yang tumbang ke atas tanah namun segera bangun dan mencari sang peri hutan. Ia berbalik, menekuk kedua kaki di depannya agar kepalanya sejajar dengan Haechan yang tertunduk lesu.

Blue mengelus-elus surai panjangnya, membelai rambut abu pudar milik sang peri hutan. Bahu sang peri bergetar, menggenggam tanah basah di telapak tangannya. Udara semakin mencekik dirinya, desiran dedaunan yang dibelai angin tak mampu memanjakan telinganya yang biasa sangat suka dengan suara belaian itu. Nafasnya semakin terasa sesak.

Haechan mendongak, menatap Blue yang sendu menatap dirinya. Air muka sang rusa kesayangan ikut murung menatap dirinya yang begitu lemah dan rentan, ia mengangkat satu tangan. Membelai surai panjang sang rusa dengan lembut. Seketika itu juga ia menarik leher panjang sang rusa, memeluknya erat. Ia berulang kali membelai lembut kepala sang rusa putih.

"Maafkan aku, maafkan aku. Apa kau terluka? Apa aku menyakitimu? Maafkan aku Blue." berulang kali Haechan mengucapkan kalimat yang sama, membenamkan wajahnya dalam kulit sang rusa ditumbuhi bulu yang begitu lembut.

Blue menggeleng pelan, paham akan kegelisahan sang peri hutan. Ia memiringkan kepalanya, membiarkan Haechan memeluknya dengan erat. Pendar cahaya pada tubuhnya kini berkilau samar, memancarkan kehangatan, kesedihan, beserta ketakutan. Ketiga pendar itu bergelombang menyelimuti tubuh sang peri hutan. Bahkan warna rambutnya semakin memudar hampir mendekati putih keabuan, dia meremas sedikit surai sang rusa. Berusaha mengangkat wajahnya yang tampak berantakan.

"Kita lanjutkan perjalanan, tolong aku Blue." ucapnya dengan suara serak, wajahnya basah. Matanya merah dengan rambut yang berantakan. Ia berdiri dengan kaki yang bergetar langsung melompat ringan ke atas punggung sang rusa kesayangan. Kali ini ia memeluk leher sang rusa, menempelkan pipi kanannya memandangi batang-batang pohon yang tampak sama.

Sang rusa mempersiapkan ancang-ancang, sedikit mendengus karena kakinya yang terasa sakit. Baru disadari jika terluka akibat terjatuh barusan, dia membiarkan sang peri hutan untuk beberapa waktu sebelum melanjutkan perjalanan, berlari kencang dengan beban yang terasa menyiksa. Bukan karena tubuh Haechan yang berada di atas punggungnya, melainkan pendar cahaya yang terasa hingga dalam tulang sang rusa. Terasa panas dan dingin secara bersamaan, menusuk dengan langit yang terasa semakin menggelap.

Akan hujan, kah?

Haechan menguatkan diri mengangkat wajahnya saat Blue melintasi jalanan di pedesaan. Ia takut jika seseorang melihat seekor rusa putih yang sangat langka, namun pikirannya itu salah. Desa benar-benar sepi tanpa penghuni, suara gemuruh besar menyambut telinganya yang runcing saat dia sadar jika air yang sudah bertumpuk itu akan meledak, tanggul yang dibuat oleh dirinya sudah diujung batas. Alih-alih pergi ke sana, Haechan menyuruh Blue untuk berkeliling sebentar, ada beberapa orang yang masih tinggal dengan cahaya obor di depan halaman rumah.

"Semuanya! Pergi ke atas bukit! Air sebentar lagi akan membanjiri desa!" teriak Haechan dengan suara jeritan Blue yang menambah situasi semakin mencekam, semua warga desa yang berjaga di luar maupun di dalam satu per satu keluar.

Saat semuanya memandang Haechan dengan tatapan menganga dan tidak percaya jika orang yang dibicarakan beberapa waktu lalu yang dikatakan sedang terancam kini berada di depan mereka, saat semua anak orang masih membeku di tempat masing-masing, dua anak kecil yang pernah bertemu Haechan bersorak.

[10] The Last Aurora FairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang