JALAN yang sama, bukit yang sama. Haechan dan Yuta melewati jalan setapak yang sama dimana jalur itu membawa mereka ke arah danau dengan muara buatan yang dibuat oleh Mark dan prajurit setianya. Sayapnya tertekuk menunduk malu menghindari ranting pohon dan semak-semak yang tumbuh diantara bukit, mencoba menyapanya dan membelai kelap-kelip yang timbul di urat-urat sayap tipis sang peri hutan. Di belakang dirinya ada Yuta dan satu ekor Griffin nan perkasa mengawal mereka berdua menatap ke sekliling dengan mata tajamnya menjaga dua tuan yang berjalan di depan. Malam ini tak terlalu dingin seperti malam sebelumnya, dan cukup gelap karena diterangi setengah lingkaran perak di atas sana.
Asap putih keabuan terlihat di atas danau, menguap atas panasnya air atau angin yang membeku walau suhu tak turun terlalu banyak. Mengapung tak sentuh permukaan air yang tenang, atau tak ingin beranjak ke tempat lainnya. Hanya diam menemani sang danau dari kesepian.
"Kau ingin apa Haechan?" Yuta menatap Haechan yang sudah berdiri di pangkal muara, turun pad galian tanah yang masih tertutup oleh pembatas kayu belum dipindahkan.
"Aku akan melakukan bagianku, sebenarnya. Ada satu hal lagi yang aku miliki daripada kelebihan untuk menyembuhkan, mungkin aku akan akan kehabisan tenaga jika itu tak terkendali atau lebih parahnya. Aku akan pingsan, aku mengandalkanmu Yuta." Haechan alihkan wajahnya, menatap aliran muara yang masih kosong dengan dinding tanah menjulang di sisi kiri dan kanan, kedalaman yang ia perkirakan sekitar dua meter atau bahkan lebih. Kekuatan keempatnya untuk membuat muara ini sungguh luar biasa.
Selain kutukan, mereka juga diberikan kekuatan lebih.
Haechan membungkukkan tubuhnya, satu lutut ia tekuk dan lainnya bertumpu apda tanah. Angin bertiup mengibarkan surai keunguannya, menciptakan gelombang indah dengan kelip berbintang yang bertaburan. Mata sang peri hutan terpejam dengan kedua telapak tangan ia tempelkan di tanah, mengumpulkan konsentrasi penuh yang berkumpul di kepala dan kedua tangan. Haechan dapat merasakannya, sebagaimana jantung bumi yang bergetar, sama saat ia merasakan aliran kehidupan yang menjalar dari pohon inti di hutan rahasia. Semuanya terhubung satu sama lain.
Getaran di bumi terasa semakin kuat, sebagaimana di tangan Haechan juga mengeluarkan pendar kehijauan seperti lampu pijar matahari yang merangkak ke permukaan bumi. Urat-urat syaraf dari tanah menjalar di setiap muara, memberikan penerangan sejuk membuai akal sehat. Sang peri hutan membuka matanya, memperlihatkan sebagaimana kilauan iris yang berubah menjadi kehijauan seperti pendar cahaya yang keluar dari telapak tangan.
Dari dalam tanah yang dipijak sang peri hutan keluar cahaya kehijauan bak kunang-kunang menari mengelilingi tubuh Haechan yang masih tatap ke arah depan, menatap aliran muara yang bercahaya. Tak lama setelahnya, akar-akar tumbuhan bahkan semak-semak keluar dari perut bumi mengikut bentuk snag muara. Menyelimutinya dengan dedaunan liar diperkokoh akar kayu kasar melilit saling bergandengan, bermula dari pangkal kini menjalar perlahan di pinggir bagian atas muara, begitupun pada dinding tepi. Melindungi tanah agar nantinya tak hanya oleh air keras yang mengaliri menghantam permukaan.
"Luar biasa." Yuta tak bisa lepas pandangan dari keindahan yang tengah dia lihat, sebagaimana keajaiban dan pesona Haechan dalam balutan pendar hijau sungguh mengagumkan, tanpa sadar kakinya dia langkahkan mundur menjauh berikan ruang bagi akar pohon itu untuk tumbuh. Semuanya sudah di luar kendalinya.
Ia menatap ke arah kiri, ke arah dimana muara itu mengalir, dapat ia lihat pendar cahaya berada di pucuk-pucuk pohon di hutan menandakan akar-akar itu sudah sampai di sana.
Tak lama Yuta memandang semuanya, hal itu hilang bersamaan dengan suara nafas berat yang keluar dari tenggorokan. Terdengar di dalam aliran muara, sang prajurit berjalan mendekat menghadap ke bawah dimana posisi Haechan berada. Sang peri hutan terlihat kelelahan, kilauan ditubuhnya kini memudar dengan tubuh Haechan yang terduduk lemas, tubuhnya jadi sedikit kusam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[10] The Last Aurora Fairy
Fanfiction[COMPLETED] [Kingdom] [Legend] Sebuah kerajaan dan kastilnya dikutuk oleh roh hutan. Raja yang angkuh dan sombong diubah menjadi sosok menyeramkan dengan rasa kesepian yang sangat menyiksa. Penyelamat. Hanya dia, keturunan dari peri terakhir yang bi...