Haloooooo, apa kabar? Ada yang kangen Gema?
***
Gema tidak mencintai basket. Apa yang selama ini ia lakukan adalah karena dirinya menyukai olahraga basket. Hanya itu.
Pertama kali masuk SMA, Gema memilih masuk tim basket karena ia tidak mau masa SMA-nya terasa hambar. Alhasil ia memutuskan bergabung dan bertemu dengan banyak orang di sana. Selain itu, ia mengira jika basket adalah definisi cool untuk cowok.
Kata pelatihnya, ia orang yang memiliki talenta dalam bermain basket. Gema pun menyadari hal itu, karena sejak kecil ia sudah diajari olahraga itu oleh ayahnya. Latihan-latihan yang selama ini ia jalani tidak pernah ia anggap serius. Walaupun diakui sebagai salah satu pemain terbaik, Gema tidak pernah menginginkan lebih.
Ada banyak pemain yang berusaha keras agar diakui oleh pelatih dan kapten tim. Ada juga yang berlatih untuk meningkatkan kemampuan. Tapi Gema berbeda, yang ia lakukan hanya untuk menghilangkan rasa bosan.
Mungkin terdengar jahat, saat ada banyak orang yang serius di dekatnya, ia justru menjadikan itu sebagai pengisi waktu luang. Gema tidak peduli. Jika ada yang bertanya apa yang menjadi favoritnya, basket akan berada di urutan ke sekian.
Memelihara binatang berada di urutan pertama, kedua mendengarkan musik, ketiga mengunyah permen karet, keempat bersepeda, dan selanjutnya adalah memasukkan bola ke dalam ring.
Basket bukanlah hobi utamanya. Tapi..."Kali ini gue pasti menang," ucap seseorang berjalan di samping Gema.
Gema tidak suka kekalahan. Apalagi jika yang menantangnya adalah orang yang berulang kali ia kalahkan.
Dia adalah Agung. Salah satu pemain basket SMA Rajawali. Ini adalah ketiga kalinya dalam kurun waktu hampir tiga tahun Gema melawan Agung dalam pertandingan persahabatan. Dan hasilnya tim Gema yang dua kali menang. Mungkin hari ini juga.
"Terserah elo mau ngomong apa. Kalo hasilnya udah ketauan, omongan lo gak berguna lagi," ujar Gema mengunyah permen karet di mulutnya. Sebuah gelembung terbentuk, kemudian dipecahkan saat Gema menatap Agung.
"Mulut lo itu gak pernah berubah, Ma. Selalu ngomong semaunya." Agung geleng-geleng kepala.
Mereka berdua ke tengah lapangan. Empat orang dari masing-masing tim berbeda sudah berdiri di sisi yang berbeda pula. Wasit berjalan ke tengah lapangan dengan bola di tangannya. Dua jumper dari masing-masing tim melompat untuk melakukan tip off.
Tim Gema yang menerima bola. Keriuhan segera membahana. Sorak penonton menggema. Bola dioper bergantian.
Digo menerima bola. Cowok itu melakukan dribble. Matanya mengamati sekitar. Teman satu timnya dijaga satu orang, begitu pula dengannya.
"Digo!" Gema berteriak sambil mengangkat tangan ke udara.
Tanpa ragu Digo langsung melempar bola pada Gema, diterima Gema dengan melompat tinggi. Di depannya, Agung menjaganya dengan ketat. Merentangkan tangannya dengan tubuh membungkuk.
"Lo tau apa bedanya gue sama lo?" tanya Gema. Tangannya dengan lihai memantulkan bola tanpa melihatnya. Bola berwarna orange dengan garis hitam itu seolah sudah merekat pas di telapak tangannya. Sehingga akan bergerak sesuai keinginannya.
Agung mengernyit tidak mengerti. "Maksud lo?" tanyanya.
"Beda sama lo yang berusaha terus buat menang, gue gak peduli sama hal itu. Bakat alami jelas lebih menjanjikan dan gue gak ngeraguin kemampuan gue."
Agung melotot mendengar perkataan Gema. Bibirnya terkatup rapat. Ucapan Gema, seolah mengatakan bahwa usaha keras akan selalu kalah dengan bakat alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)
Novela JuvenilKata orang, Gema itu menyenangkan. Dia baik, ramah, humoris dan mudah bergaul. Siapapun akan betah berteman dengan cowok itu. walaupun agak sedikit jahil dan menyebalkan, kepribadian Gema memang terlampau menyenangkan. Tapi kalau kata Aletta, Gema...