49 - Kerumunan, Teriakan, dan Noda Merah

424 78 34
                                    

Judul yang mengerikan:')

***

Sejak duduk di bangku SMA, Gema tidak pernah suka pergi sekolah tepat waktu, apalagi datang sebelum bel berbunyi. Ia tidak suka duduk duduk diam di kelas atau harus bangun pagi, mengejar waktu agar tidak terlambat.

Tidak bisa dihitung berapa kali Gema terlambat datang ke sekolah, kebiasaannya itu tidak hilang sebelum Aletta datang ke kehidupannya dan memaksanya datang lebih awal. Jauh sebelum bel berbunyi.

Namun, hari ini. Gema memaksa dirinya agar bangun lebih pagi. Jauh lebih pagi, daripada saat dirinya bersama Aletta. Ibunya bahkan sampai melongo karena melihat kedatangannya di meja makan sebelum jam enam pagi.

"Sayang, tumben banget jam segini udah rapi? Ada apa?" tanya ibunya.

Gema duduk di salah satu kursi. "Ma, bikinin susu dong," pintanya.

"Mau minum susu aja? Soalnya sarapannya emang belum siap. Lagian emangnya kamu mau berangkat sekarang?"

Gema mengangguk. Mengiyakan semua pertanyaan ibunya. Wanita itu segera membuatkan susu untuk putranya. Agar Gema bisa langsung meminumnya, susu yang sudah dilarutkan dengan setengah gelas air panas dicampur dengan air dingin sehingga suhunya hangat.

"Mau mama siapin roti?"

"Gak usah. Susu aja."

"Masih gelap, lho, Sayang. Emang beneran mau langsung pergi? Ada apa, sih? Mama kan kepo." Menduga sesuatu, ibunya berteriak. "Jangan ngelakuin yang aneh-aneh ya!"

"Apaan sih, Ma? Aku cuma mau dateng lebih pagi aja kok."

Ibunya datang membawakan susu, yang langsung diminum Gema secara perlahan.

Sejujurnya, Gema tidak ingin bertemu Aletta setelah kejadian kemarin. Ia yakin gadis itu pasti akan tetap datang menjemputnya, karena itulah ia lebih memilih menghindar dengan berangkat lebih pagi dari kedatangan Aletta biasanya.

Gema tidak tahu apa yang dilakukannya benar atau justru akan lebih memperburuk keadaan. Menghindari masalah memang tidak akan menyelesaikan permasalahan, tapi melihat Aletta di pagi buta akan membuat mood-nya memburuk seketika. Terlebih lagi ia betulan tidak mengerti harus bersikap bagaimana.

Tidak masalah jika masalahnya tidak selesai, tapi Gema hanya ingin menenangkan diri dari sosok Aletta. Sehari tidak berhubungan dengan gadis itu mungkin saja akan membuat Aletta sedikit berpikir. Bahwa apa yang diinginkan Aletta tidak selalu bisa didapatkan.

"Ya udah, aku langsung berangkat aja," kata Gema meletakkan gelas kosong di atas meja. Ia segera bangkit, mencium pipi ibunya sekilas, lantas pergi dari sana.

Ibunya mengikuti langkah Gema yang keluar dari rumah. Memperhatikan saat Gema mengeluarkan sepedanya dari garasi.

"Ini paling belum jam enam, kamu yakin mau berangkat sekarang? Terus nanti Aletta gimana?"

Gerakan tangan Gema yang sedang mendorong sepedanya terhenti. Ia memandang ibunya yang mengekor di belakangnya.

"Mama tau kamu tuh sering marah-marah kalo Aletta jemput pagi-pagi banget, tapi kan niat dia baik. Padahal sering kamu tinggal di luar, tapi dia tetep nunggu kamu rapi-rapi terus sarapan. Udah beberapa hari ini dia tetep dateng padahal kamu udah berangkat. Emang kamu gak kasian sama Aletta?"

Seorang Aletta, entah sejak kapan berhasil memasuki kehidupan Gema begitu jauh. Sampai ibunya bahkan sudah sangat mengenal gadis itu dan tahu kebiasaannya. Datang pagi-pagi sekali hanya untuk membuat putra semata wayangnya kesal.
Gema melepaskan stang sepeda, beralih menuju gerbang dan membuka gerbang sampai terbuka setengah.

Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang