Saat dua orang yang keras kepala dipertemukan, satu dunia akan terbelah menjadi dua.
Bukan hanya sekadar memulai perang, tapi untuk memberi tahu, bahwa ada dua pikiran yang ingin didengar. Tidak mau kalah, apa lagi mengalah.***
Aletta memperhatikan Gema, Digo dan Gio yang berjalan memasuki kelas. Tiga cowok itu saling senggol sambil melemparkan candaan. Matanya menyorot fokus pada kedua tangan Gema. Lagi-lagi tidak menemukan tempat makannya di sana. Selalu kosong dan mengayun lambat. Terkadang ia bertanya-tanya, sebenarnya di mana Gema makan dan meninggalkan tempat makan miliknya?
Pernah beberapa kali ia mencoba mencari setelah makan siangnya habis, tapi tetap saja tidak ketemu. Baik itu di kantin, taman belakang sekolah, bahkan di perpustakaan. Kotak makannya tidak ada di mana pun. Seolah Gema telan bersama isinya sekalian. Atau mungkin saja Gema istirahat di luar sekolah?
Ahh, kalau memang itu benar, ia tidak perlu khawatir. Setidaknya Gema sudah mau memakan makanan yang ia bawa. Sepertinya itu saja sudah cukup. Walaupun setiap pagi, mamanya akan kembali mengomel karena lagi-lagi ia hanya membawa satu tempat makan.
"Gema, kamu lupa bawa tempat makanku lagi?" Meski begitu, pertanyaan yang sama selalu terlontar.
"Iya. Tadi buru-buru mau ke kelas, terus kelupaan." Dan selalu mendapatkan jawaban yang sama pula.
Tidak apa-apa. Ia tidak boleh menuntut Gema berlebihan, atau cowok itu akan semakin jauh dari jangkauan.
Gema duduk di kursinya. Digo dan Gio saling pandang sebelum akhirnya menuju ke kursinya masing-masing. Sebenarnya kasihan pada Aletta, tapi bisa-bisa mereka dimakan hidup-hidup oleh Gema kalau sampai membocorkan situasinya. Gema itu ... benar-benar keterlaluan pada Aletta.
"Besok-besok aku bawa bekelnya pake kertas nasi aja deh, biar kamu gak kelupaan mulu," kata Aletta.
Gema hanya berdeham pelan, bukan mengiyakan, tapi karena tidak ingin menanggapi lebih.
Di depannya, Runi memutar tubuh, memandangi Aletta takjub. "Yang!" panggilnya pada cowok di sampingnya. Seperti Gema, Fiko itu sangat suka memakai earphone.
"Apaan?" tanya Fiko.
"Liat tuh, si Aletta so sweet banget masa sama Gema. Besok-besok elo gue bikinin bekel juga, ya?"
Runi bersemangat. Sama halnya dengan Aletta yang menegakkan tubuhnya. Bersiap menyuarakan pendapat anehnya.
"Bener tuh. Gimana kalo besok-besok kita ngegelar tiker aja di sini. Nanti makan sama-sama. Pasti seru deh. Iya kan, Gema?"
Dibalas dengkusan kasar oleh Gema. Bingung dengan cara kerja otak Aletta itu seperti apa sebenarnya? Kenapa selalu memikirkan hal-hal aneh yang tidak pernah dipikirkan oleh orang lain?
Sedangkan Gio, Digo dan beberapa temannya yang lain tertawa mendengar jawaban Aletta.
"Kalian berdua tuh cocok banget dah, asli!" komentar Runi, ia melirik Fiko pacarnya, "iya gak, Yang?" tanyanya meminta pendapat.
Fiko hanya berdeham kemudian memasang kembali earphone yang tadi sempat ia lepas saat mendengar pertanyaan Runi.
"Tarik gak ucapan lo!" sungut Gema kesal. Ia memandang Runi dengan tatapan tajam. Apa gadis itu sudah buta? Ia dan Alien di sampingnya cocok, katanya? Yang ada bumi bisa hangus seketika jika dua manusia yang memiliki sifat seperti batu disatukan. Baru kenal saja sudah seperti anjing dan kucing, bagaimana ke depannya?
"Kalo gue gak mau narik ucapan gue, lo mau apa?" tanya Runi menantang. Ia mengangkat dagunya percaya diri.
"Gue siram muka lo yang mulus gara-gara skincare itu pake air keras. Mau?"
![](https://img.wattpad.com/cover/217341626-288-k391021.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gema & Kurcaci Dari Pluto (COMPLETE)
Novela JuvenilKata orang, Gema itu menyenangkan. Dia baik, ramah, humoris dan mudah bergaul. Siapapun akan betah berteman dengan cowok itu. walaupun agak sedikit jahil dan menyebalkan, kepribadian Gema memang terlampau menyenangkan. Tapi kalau kata Aletta, Gema...