"Gue tunggu di sini aja," kata Doyoung usai Jeongwoo turun dari boncengannya.
Saat ini, Doyoung dan Jeongwoo sedang berada di area parkir minimarket dekat rumah. Keduanya bisa berada di sana karna Hyunsuk menyuruh membeli stok cemilan yang sudah menipis.
"Ikut masuk, lah. Masa gue sendiri?" protes Jeongwoo.
"Nggak mau, males. Lo sendiri aja, buruan."
Jeongwoo berdecak sebal, lalu memilih masuk ke seorang diri, malas membuang waktu untuk mengajak Doyoung yang tentu tak akan dituruti.
Jeongwoo mengambil keranjang belanja, lalu menuju rak cemilan yang ada di ujung ruangan dan memasukkan berbagai cemilan secara asal.
Makanan apapun pasti akan dihabiskan oleh teman-temannya, jadi Jeongwoo tak perlu takut salah dalam memilih.
Keadaan minimarket tak terlalu ramai, karna jam baru menunjukkan pukul sebelas siang, kebanyakan orang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
"Itu nggak enak."
Jeongwoo tersentak ketika sebuah suara muncul dari arah kiri, membuatnya menoleh dan mendapati seorang lelaki tepat di sampingnya.
Lelaki itu punya tubuh yang sedikit lebih kecil dari Jeongwoo, namun terlihat lebih dewasa. Jeongwoo tebak, umurnya pasti lebih tua.
"Apanya, Bang?" Jeongwoo tak mengerti maksud dari apa yang lelaki itu katakan.
"Itu," katanya sambil menunjuk sesuatu di dalam keranjang dengan dagu. "Nggak enak."
Jeongwoo menunduk, mengikuti arah pandang lelaki itu yang tertuju pada sekotak biskuit stik rasa stroberi.
"Enak kok, Bang Jihoon suka."
Lelaki itu mengernyit kala mendengar nama yang terdengar asing baginya. "Bang Jihoon?"
"Maksudnya temen gue," ralat Jeongwoo, menyadari jika lelaki asing itu tak mungkin mengenal Jihoon.
"Tapi enakan yang coklat, kesukaan gue. Stroberi nggak enak."
Siapa yang nanya? balas Jeongwoo dalam hati, karna tak mungkin ia mengatakan itu secara langsung.
"Iya, lo nggak nanya, gue mau ngasih tau aja," sambungnya, membuat Jeongwoo terkejut.
"Kok—"
"Gue nebak doang." Ia menyela dengan cepat, seolah sudah tahu apa yang akan Jeongwoo tanyakan.
Jeongwoo merasa ada yang aneh, sedikit tak masuk akal jika lelaki itu hanya menebak dan benar. Tapi lebih tak masuk akal lagi jika ada orang yang bisa membaca isi pikirannya, kan?
"Jeongwoo."
Jeongwoo menoleh ke arah kanan, tempat suara yang memanggilnya berasal.
"Bang Doyoung, ngapain ke sini?" tanya Jeongwoo bingung. "Katanya mau nunggu di parkiran."
"Ayo pulang," ajak Doyoung yang datang secara tiba-tiba.
"Nanti, gue belum selesai."
"Ayo pulang." Doyoung mengulangi kalimatnya. "Nyokap gue sakit."
Jeongwoo tersentak. "Hah? Serius?"
Doyoung mengangguk pelan. "Gue harus pulang sekarang, jadi gue harus nganterin lo dulu."
"Ya udah, ayo pulang."
Jeongwoo hendak pergi, namun seseorang menarik lengannya, membuat ia berhenti.
"Lo langsung pulang aja, kasihan nyokap lo," ujar lelaki asing tadi pada Doyoung.
"Gue harus nganterin Jeongwoo dulu, karna gue yang bawa dia pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Help | Treasure ✓
Fanfiction"Tolong, temuin orang yang udah ngebunuh gue." -- Jaehyuk ditemukan tewas. Namun di hari pemakaman, Jeongwoo melihat sosoknya di bawah pohon rindang; sedang menyaksikan proses pemakamannya sendiri. Mengetahui hanya Jeongwoo yang dapat melihat sosokn...