buat yang belum selesai baca, jangan mampir ke sini dulu, nanti nggak seru.
buat yang udah, cuma mau ngasih tau kalo part ini nggak ada hubungan sama alur cerita. bisa dibilang tambahan doang karna aku iseng bikin. isinya lumayan panjang, jadi kalo matanya sakit jangan dipaksa. happy reading <3
What if; Jeongwoo knew about his father's past before the terror started.
••••
Tiga hari lagi, pamannya akan melangsungkan acara pernikahan di luar kota, membuat Jeongwoo terpaksa pulang ke rumah karna harus pergi bersama orangtua. Sebenarnya Jeongwoo malas untuk pulang, tak mau menemui dua orang pengkhianat yang tinggal di sana.
Disebut pengkhianat, karna suami istri itu telah saling mengkhianati sejak dulu, namun Jeongwoo tak peduli lagi akan itu. Ia berusaha ikhlas jika rumahnya telah kehilangan pondasi inti sehingga hancur seperti saat ini.
"Mama taruh bola basket gue di mana sih?"
Jeongwoo menggeledah seisi gudang sambil mengoceh sendiri, mulai kesal karna tak kunjung menemukan bola basket yang disimpan ibunya dalam ruangan minim cahaya ini.
Sepertinya Jeongwoo telah amat jarang berada di rumah, sampai sang ibu menyimpan bola basketnya dalam gudang karna menganggu pemandangan apabila dibiarkan di halaman depan. Jadi ketika Jeongwoo kembali dan ingin bermain lagi, ia harus mencari sendiri.
"Ini bukan gudang tapi tempat penyimpanan barang mama," ujar Jeongwoo kesal, empat kardus yang telah ia periksa ternyata berisi tas, sepatu, baju, serta berbagai peralatan dapur.
Jeongwoo membuka kardus kecil yang terletak di sudut ruangan dan menemukan tumpukan map serta lembar kertas berserakan.
"Yang ini pasti punya papa."
Isinya adalah lembaran yang tak Jeongwoo ketahui, mungkin kertas kerja yang tak terpakai lagi. Itu tak begitu penting, membuat Jeongwoo tak ingin memeriksa lebih lanjut. Namun ketika melihat kertas bertuliskan kartu keluarga dalam sebuah map bening, Jeongwoo mengurungkan niat untuk menutup kardus.
"Bisa-bisanya nyimpen kartu keluarga di-eh?"
Netra Jeongwoo memicing, menatap tiga nama yang tertulis berurut di kartu keluarga tersebut. Nama sang ayah tertulis di bagian paling atas sebagai kepala keluarga, namun dua nama seterusnya, bukan nama Jeongwoo dan ibunya.
"Park Jihoon?"
Jeongwoo tak dapat menutupi rasa terkejutnya kala mendapati nama sang ayah dan salah satu sahabatnya dalam satu kartu keluarga yang sama.
"Ini ... pasti kartu keluarga orang lain, kan?"
Nama ayah dan sahabatnya tak hanya ada satu di dunia, ini mungkin kartu keluarga milik orang lain yang tak sengaja Jeongwoo temukan.
"Tapi kenapa bisa ada di sini?"
Isi kepala yang datang mendadak menepis pemikiran positifnya sendiri, Jeongwoo mulai dilanda perasaan yang menganggu dalam hati. Terkejut, bingung, penasaran, dan takut-semuanya berkecamuk.
Jeongwoo kembali memeriksa isi kardus, berharap menemukan sesuatu yang dapat membuat benang kusut di kepalanya kembali lurus. Namun ia justru menemukan sebuah foto yang telah remuk dan penuh debu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Help | Treasure ✓
Fanfiction"Tolong, temuin orang yang udah ngebunuh gue." -- Jaehyuk ditemukan tewas. Namun di hari pemakaman, Jeongwoo melihat sosoknya di bawah pohon rindang; sedang menyaksikan proses pemakamannya sendiri. Mengetahui hanya Jeongwoo yang dapat melihat sosokn...