1.6

6K 1.6K 380
                                    

Tiga hari berlalu sejak kematian Yoshi, dan hingga sekarang semua berjalan dengan aman, tak ada teror atau sesuatu yang membahayakan sembilan remaja itu.

Tiga hari ini cukup membuat mereka lega meski tak sepenuhnya tenang, dan mereka harap, hal buruk tak akan terjadi lagi setelah ini.

Semoga Yoshi menjadi korban terakhir.

"Bang Jihoon mana?" tanya Mashiho pada dua sosok yang sedang duduk di sofa ruang tamu, Junkyu dan Junghwan.

"Mandi," jawab Junghwan dengan mata yang masih menatap layar televisi.

"Mandi?" Mashiho melirik jam yang ada di dinding. "Baru jam empat sore, tumben banget mandi. Biasa udah malem aja belum mandi."

"Katanya panas, neraka bocor." Junkyu meniru apa yang Jihoon katakan sebelum pergi mandi. "Padahal dasar dianya aja banyak dosa, jadi masih di dunia udah dikasih hawa neraka."

Junghwan tertawa pelan mendengar itu, lalu melirik Mashiho. "Kenapa nyari Bang Jihoon, Bang?"

"Nggak papa sih, nanya aja."

Mashiho lantas duduk di samping Junghwan, bergabung dengan kedua sahabatnya yang sedang asyik menonton film sejak tadi.

"Gila, seger banget abis mandi."

Tiga kepala yang ada di ruang tamu seketika menoleh, menatap Jihoon yang berjalan mendekat dengan rambut setengah basah.

"Siapa yang baik sama gue?" tanya Jihoon sambil mengambil posisi duduk di samping Junkyu.

"Bukan gue," jawab Junkyu singkat.

Jihoon menatap Junkyu dengan wajah sedih yang dibuat-buat. "Kok gitu sih, Jun?"

"Lo kalo udah bilang gitu pasti mau nyusahin."

"Gue cuma mau minta tolong, anjir."

"Itu namanya nyusahin."

"Tega lo sama temen sendiri."

"Bodo."

Jihoon berdecak sebal, lalu melirik Mashiho. "Shi, lo baik kan sama gue?"

Mashiho mendengus, mengerti maksud terselubung dari pertanyaan Jihoon. "Mau minta tolong apa?"

Jihoon tersenyum lebar. "Isiin bensin mobil gue dong, udah mau abis. Kayaknya nggak cukup buat ngampus besok."

"Kenapa harus gue?"

"Soalnya gue mager."

"Mager mulu hidup lo," celetuk Junkyu.

"Ngaca."

Junkyu mendecih, lalu melirik Mashiho. "Jangan mau dibabuin sama Jihoon."

"Dibabuin apaan sih? Kan gue minta tolong, gue bayar juga," protes Jihoon tak terima.

"Pokoknya jangan mau, biar dia pergi sendiri. Kaki sama tangan sehat, ngapain minta tolong orang?"

"Kok lo sewot?" Jihoon mulai kesal, lalu teringat akan sesuatu. "Jangan bilang lo ngeselin kayak gini karna stok teh herbal lo nggak sengaja gue buang."

Junkyu menatap Jihoon sinis. "Nggak sengaja bisa kebuang sekotak, banyak alasan hidup lo."

"Gue kira itu teh udah expired semua, karna gue bikin dua kali rasanya tetap aneh."

"Muka lo tuh yang aneh."

"Maksud—"

"Udah, jangan ribut," lerai Mashiho, mencium adanya keributan yang akan muncul jika ia tak cepat mengambil tindakan. "Mana kunci mobilnya? Gue isiin."

Help | Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang