1.5

6K 1.6K 487
                                    

Setelah semua orang bangun, Asahi menceritakan tentang sandi caesar yang berhasil ia pecahkan.

Beberapa dari mereka masih mengantuk, tapi karna cerita Asahi, otak mereka dipaksa untuk berpikir keras di hari sepagi ini.

"Gue mending ujian dadakan daripada disuruh mikir ginian." Junkyu nampak pusing.

Di pagi yang indah ini, seharusnya mereka sedang sarapan bersama lalu pergi menuntut ilmu. Tapi sekarang mereka malah berkumpul di ruang tamu, tak sarapan dan tak pergi ke kampus atau sekolah karna masih berduka dan malah memecahkan teka-teki pembunuhan.

Entah sampai kapan mereka akan terus meliburkan diri seperti ini.

"J ini inisial pelaku?" Hyunsuk masih tak mengerti.

Asahi mengangguk. "Kemungkinan iya."

Semua mulai mengalihkan atensi pada empat sosok yang memiliki inisial J, kecuali Asahi yang masih tak mau mencurigai siapapun secara terang-terangan.

"Bukan gue, sumpah," ujar Junkyu kala beberapa orang menatapnya. "Tugas gue aja numpuk, mana sempet pake bikin rencana pembunuhan segala."

"Bang Junkyu emang nggak memungkinan sih," sahut Doyoung.

"Kenapa gitu?" Junghwan menuntut penjelasan.

"Bikin rencana pembunuhan kayak gini butuh otak yang pinter, sedangkan Bang Junkyu enggak."

Junkyu mengumpat dalam hati dan berusaha menahan diri untuk tak memukul kepala Doyoung. Meski memancing emosi, perkataan Doyoung secara tak langsung sedang menyelamatkannya dari kecurigaan semua orang.

"Jangan-jangan Bang Ji—"

"Lo bisa berhenti nuduh-nuduh orang, nggak?" sela Mashiho sebelum Haruto selesai bicara.

"Kenapa? Sewot banget, gue nggak nuduh lo juga," balas Haruto kesal.

"Dengan lo nuduh-nuduh orang gini, lo jadi terlihat mencurigakan."

"Mencurigakan dari mana? Inisial nama gue bukan J, jadi jelas bukan gue."

"J bukan cuma bisa buat inisial nama."

"Terus buat apa lagi?"

"Mungkin aja, J itu buat Jepang."

Perkataan Mashiho membuat mereka tersadar, jika huruf J tak hanya berlaku untuk inisial nama, tapi juga untuk inisial nama negara seperti Jepang.

Dan di antara mereka berdua belas, ada empat orang yang memilih darah negara itu.

"Gila lo, Bang?" Haruto nampak terkejut. "Sadar nggak sih kalo lo juga orang Jepang?"

"Terus kenapa? Gue nggak salah, jadi nggak takut." Mashiho membalas dengan santai, lalu menatap Haruto curiga. "Lo kenapa kaget? Takut kedok lo kebongkar karna omongan gue?"

"Kok jadi nuduh gue?"

"Lo duluan."

"Kenapa lo ikut-ikutan?"

"Biar—"

"Daripada ribut, mending kalian ke kamar." Asahi menengahi. "Kita di sini buat diskusi, nyari pelakunya sama-sama. Bukan saling nuduh dan bikin ricuh."

Teguran dari Asahi membuat Mashiho dan Haruto bungkam, memilih diam agar tak diusir.

"Jadi, J ini buat inisial nama atau negara?" tanya Jihoon bingung.

"Nggak tau, bisa dua-duanya." Asahi memijit pelipisnya pelan. "Yang penting sekarang, kita harus hati-hati. Jangan sampe pelaku itu berhasil celakain kita lagi."

Help | Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang