2.1

5.8K 1.6K 504
                                    

Kematian Asahi dan Junghwan dua hari lalu telah sampai di telinga Jaemin dan tentu saja membuatnya sedih.

Jaemin merasa mulai lelah dengan keadaan, belakangan ini makannya tak teratur dan jam tidurnya berantakan. Beban pikirannya bertambah.

"Gue gagal lagi." Jaemin memandang sendu sebuah batu nisan yang ada di hadapannya. "Gimana kalo gue beneran gagal nanti?"

Jaemin menunduk, mulai diserang pusing karna isi kepalanya amat gaduh.

"Gue nggak tau harus cerita sama siapa selain lo. Kalo sama yang lain, gue takut nambah beban mereka. Gue harap, lo nggak marah karna akhir-akhir ini gue selalu curhat setiap dateng," ujar Jaemin sambil membersihkan debu yang menempel di atas nisan. "Doain gue berhasil, ya."

Jaemin lantas berdiri, hendak pulang karna ada tugas yang harus segera ia selesaikan sebelum esok hari.

"Gue pulang dulu, Jisung. Istirahat yang tenang."

Jaemin melangkah pergi menuju tempat di mana mobilnya terparkir, hendak pulang usai mengunjungi makam sang sahabat.

Jaemin menyalakan mesin, lalu melirik ke arah spion tengah untuk memundurkan kendaraan. Namun maniknya melebar kala melihat sosok menyeramkan sedang berdiri tak jauh di belakang mobil.

Dan mata merah menyala milik sosok itu menatap Jaemin tajam melalui pantulan kaca spion.

••••

Sore ini, jalanan terlihat padat, membuat seorang lelaki yang sedang mengemudi merasa frustasi karna tak kunjung sampai di rumah.

"Gue tabrak juga lama-lama," katanya sambil menatap deretan mobil di depan yang bergerak amat lambat.

Suara klakson terus berbunyi dari kendaraan yang pengemudinya tak sabaran, membuat lelaki itu muak. Rasanya ingin pulang dengan berjalan kaki dan meninggalkan mobilnya di tengah jalan, tapi tentu tak mungkin ia lakukan.

"Siapa sih?"

Lelaki itu mengambil ponsel yang ada di saku, lalu mengangkat panggilan yang masuk setelah menghela napas panjang.

"Udah?" tanya sang penelpon tanpa menyapa terlebih dahulu.

"Udah apa?"

"Yang gue suruh lo kerjain, udah belum?"

"Oh, udah."

"Udah mati?"

Lelaki itu terdiam sejenak, lalu menjawab. "Iya, udah mati."

••••

Dua hari berlalu sejak kematian Asahi dan Junghwan, suasana rumah kian sepi, suram, dan menyeramkan. Para penghuninya mulai tak betah tapi tak tega untuk pulang dan saling meninggalkan.

"Kita sampe kapan mau kayak gini?"

Lima kepala yang sedang duduk di sofa ruang tamu lantas menoleh, menatap Haruto yang baru saja bersuara.

"Maksudnya?" tanya Jeongwoo, nampak bingung.

"Mau sampe kapan hidup nggak tenang kayak gini?" Haruto memperjelas pertanyaannya. "Gue udah capek, jadi mending ngaku deh. Siapa yang udah ngelakuin semua ini?"

Help | Treasure ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang