"Ketika lo ngelihat Jaehyuk dan mutusin buat nolong dia hari itu, it means you have fallen into my trap, Park Jeongwoo."
Jeongwoo tak ingin percaya akan apa yang Jihoon katakan. Namun sialnya, kebenaran itu berhasil menjawab semua pertanyaan tentang keanehan yang ada pada Jaehyuk.
Sekarang Jeongwoo tahu kenapa hanya dirinya yang bisa melihat Jaehyuk, kenapa Jaehyuk melupakan beberapa memori semasa hidup, dan kenapa Jaehyuk bilang ingin dirinya mati beberapa saat lalu.
Semua itu terjadi karna Jaehyuk yang selama ini bersama Jeongwoo sejak hari pemakaman, bukan Yoon Jaehyuk yang ia kenal.
"Waktu ngobrolnya abis, gue mulai ngantuk."
Jihoon meraba saku jaket bagian dalam, mengeluarkan sebuah pistol yang ia simpan sebagai senjata terakhir.
"Kim Doyoung," panggil Jihoon, membuat tubuh lelaki itu menegang. "Lo beruntung bisa selamat dua kali dari gue, tapi kali ini enggak lagi."
DOR!
Satu peluru menembus lengan kiri Doyoung, membuat Jeongwoo berteriak meminta Jihoon berhenti. Sedangkan Junkyu sudah terlanjur emosi hingga membentak Jihoon dengan berbagai kalimat tak pantas, membuat telinganya mulai panas.
"Lo berisik banget, mau dibunuh duluan?"
"Mulut lo yang bener dikit, sok jago banget ngancemnya pake nyawa," protes Junkyu marah. "Lo pik—"
Bibir Junkyu merapat kala ujung pistol mengarah padanya, membuat jantungnya berdetak cepat karna takut hidupnya akan segera tamat.
"Gue lagi nggak pengen bercanda, Jun," tegas Jihoon penuh penekanan, raut yang datar menunjukkan jika ia sedang serius.
"Lo tega ngebunuh gue?"
"Kenapa enggak?"
"Gue percaya dan jadiin lo tempat cerita, tapi ternyata lo malah gini?" Junkyu tersenyum miris. "Gue pikir kita temen, Ji. Tapi ternyata lo bukan temen yang beneran temen."
"Coba ngaca, lo sendiri beneran temen atau cuma parasit?" balas Jihoon tak mau kalah. "Lo selalu jadiin gue tempat cerita, tapi apa pernah lo ngelakuin hal yang sama? Selama ini gue selalu nanya keadaan lo tanpa dapet timbal balik."
Jihoon dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul dan menyatu dalam sebuah perkumpulan, namun nyatanya ia selalu kesepian dan tak pernah merasa memiliki teman. Junkyu adalah teman pertama untuknya, namun sayang Junkyu tak bersikap seperti teman baik yang Jihoon harapkan.
Junkyu terlalu fokus pada sakitnya sendiri, hingga tak sadar jika Jihoon juga butuh sandaran untuk menumpahkan seluruh masalahnya selama ini. Bukannya saling membantu, Junkyu justru menjadi benalu, menambah beban di bahu sang teman.
"Ada kata-kata terakhir?"
Junkyu menunduk dengan tangan terkepal, marah pada dirinya sendiri. "Maaf."
"Ok," balas Jihoon santai, terlihat biasa saja. "Ada lagi?"
"Jangan bunuh gue."
"Sorry, nggak kedengeran."
Jeongwoo menunduk kala Jihoon mulai membidik kepala Junkyu, tak sanggup untuk melihat adegan selanjutnya. Ia ingin menolong, tapi tak ada yang bisa ia lakukan sekarang. Mereka tak akan selamat dari sini dan sedang menunggu giliran untuk mati, Jihoon sudah menang dan mereka tak punya harapan lagi.
"See you, Kim Junkyu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Help | Treasure ✓
Fanfiction"Tolong, temuin orang yang udah ngebunuh gue." -- Jaehyuk ditemukan tewas. Namun di hari pemakaman, Jeongwoo melihat sosoknya di bawah pohon rindang; sedang menyaksikan proses pemakamannya sendiri. Mengetahui hanya Jeongwoo yang dapat melihat sosokn...