Lil Bonus

2.1K 374 13
                                    

Jisung meletakkan dagunya di atas kepala Sungjin yang duduk di pangkuannya. Senyumnya terulas secara otimatis begitu aroma khas bayi menyeruak masuk ke indera penciumannya.

"Pantas Chenle sering sekali mencium Jinjin." Jisung bergumam.

Jinjin yang duduk di pangkuan Jisung menggerak-gerakkan kepalanya karena merasakan berat di sana. Hingga akhirnya dia tidak tahan, dia pun menunduk kemudian menggerakkan kepalanya ke belakang dengan kencang, membuat kepalanya membentur dagu Jisung dengan keras.

"Aak!"

Jisung menjauhkan kepalanya seraya memegangi dagunya dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya langsung bergerak mengusap kepala Sungjin.

"Apa kepalamu sakit, nak?" meski dagunya berdenyut-denyut karena sakit, Jisung tetap mengutamakan Sungjin. Matanya mencari-cari luka atau memar di kepala anaknya.

"Tidak~" Sungjin menjawab dengan nada riang. Jisung pun menghela nafas lega, kemudian memberikan beberapa kecupan di kepala Sungjin. "Anak baik, jangan melakukan itu kepada orang tuamu."

"Apa?"

"Tidak boleh membuat Appa dan Eomma kesakitan."

Sungjin menoleh dan meraih wajah Jisung dengan satu tangan. "Appa sakit?"

Jisung mengangguk. "Ung, karena Jinjin memukul Appa dengan kepala Jinjin."

"Oh?" mata anak itu membulat. "Maaf Appa, tapi jangan buat kepala Jinjin berat." Batita itu menggoyangkan tangannya seraya menggeleng di saat yang bersamaan. Jisung terkekeh melihatnya. Ya Tuhan, anaknya lucu sekali.

"Maafkan Appa juga karena membuat kepala Jinjin berat."

"Ya~"

Jisung mengecup pipi tembam Sungjin sebelum meraih ponselnya. "Haruskah kita hubungi Eomma?"

"Lihat wajah Eomma!"

"Ayo kita lihat wajah Eomma."

Jisung dan Sungjun menunggu hingga wajah Chenle muncul di layar. Senyum serta kekehan Jisung begitu bahagia melihat anaknya tampak begitu senang dan antusias melihat ibunya.

"EOMMAAA!" Jinjin memekik seraya bergoyang-goyang penuh semangat.

"Halo, Jinjin!"

"Pulang!"

Tawa Chenle di seberang sana pecah mendengar tuntutan sang anak. "Iya, besok Eomma pulang."

"Lele di mana?" kini giliran Jisung berbicara.

"Di balkon kamar. Paman Ji membawa Jinjin bekerja?"

Jisung mengangguk. "Sudah dari kemarin. Tidak enak menitipkan Jinjin kepada Mama."

"Padahal Mama tidak akan keberatan, tapi ya sudah. Paman Ji, kenapa baru menghubungi sekarang? Tidak rindu dengan Lele?"

Jisung sebenarnya sangat ingin menghubungi Chenle sejak kemarin, tapi dia kelelahan karena bekerja dan mengurus Sungjin. Jisung sempat berpikir untuk menyewa asisten rumah tangga, tapi Jisung takut Sungjin tidak berada di tangan yang tepat. Lebih baik berjaga-jaga daripada menyesal.

"Maaf, sayang. Akan kubayar ketika kau pulang nanti."

"Pasti lelah ya? Maaf, Paman Ji."

Jisung menggeleng. "Belum ada apa-apanya dengan kau yang setiap hari mengurus Jinjin. Tidak perlu meminta—"

"EOMMA!"

Perkataan Jisung terpotong oleh teriakan Sungjin. Jisung berdecak sebelum mengecup pucuk kepala Sungjin. "Dasar anak eomma."

"Apa sayang?"

"Park Sungjin." Sungjin menepuk-nepuk dadanya dengan wajah bangga.

"Eeh? Jinjin sudah bisa mengucapkan 's'?"

Sungjin mengangguk. "Dan 'r'."

Chenle tersenyum lebar di seberang sana. Lelaki itu bahkan mengacungkan ibu jarinya. "Pintar~ Eomma akan belikan Jinjin hadiah ketika Eomma sudah pulang ya?"

"Ya~"

"Ya Tuhan, lucu sekali!" Chenle memekik melihat Sungjin yang tersenyum lebar seraya mengangguk.

"Maka itu pulanglah."

"Iya, iya, besok Lele pulang. Paman Ji jangan lupa jemput."

"Siap, sayang!"




Our Days [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang