Bonus! [Part 8]

6K 721 106
                                    

Let Z presents the newest and freshest member of Park's family...

*drum roll*




Makasih banyak buat yang udah ngasih saran-saran ke Z 😄❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makasih banyak buat yang udah ngasih saran-saran ke Z 😄❤️


🐥

Sudah hampir satu bulan berlalu. Jisung dan Chenle masih bebas dari pekerjaan untuk merawat bayi kecil mereka, anak mereka.

Park Sungjin

Bayi laki-laki yang menggemaskan. Bayi yang semakin hari semakin mirip dengan ayahnya ketimbang ibunya. Bayi laki-laki yang benar-benar tampan.

Bayi laki-laki yang benar-benar mengundang banyak kasih sayang. Namun, Chenle mengalami sindrom baby blues selama dua minggu pasca melahirkan dan baru kurang lebih seminggu belakangan dia merasa lebih baik dan lebih menyayangi anaknya hari demi hari.

Seperti sekarang, Chenle tidak berhenti memandangi bayi mungilnya yang sedang tertidur sejak dua jam yang lalu. Tangan mungil itu sesekali akan dikecup dan dielusnya.

"Jinjin-ie menggemaskan sekali." Bisik Chenle. Hidungnya menghirup aroma khas bayi yang menguar dari tubuh anaknya. Lama-kelamaan wangi tersebut membuat matanya berat dan semakin berat, hingga akhirnya dia pun tertidur.

"Lele, makan—"

Jisung yang masuk dengan nampan di tangannua, membungkam mulutnya melihat sang istri dan anak yang tertidur di atas ranjang, tampak begitu lelap dan tenang. Tanpa sadar bibirnya tertarik membentuk senyuman.

Sungjin kecil sangat rewel semalam dan Chenle hampir belum tidur. Jisung merasa senang pada akhirnya Chenle dapat beristirahat.

Jisung letakkan nampan di tangannya di nakas dan berbaring di samping Chenle. Tangannya melingkari pinggang Chenle dengan hati-hati. Bekas pembedahan Chenle masih terasa sakit dan Jisung tidak ingin Chenle merasa kesakitan.

Jisung membenamkan hidungnya di antara helaian rambut Chenle. Mungkin karena sibuk mengurus bayi, jadi Chenle jarang sekali memakai parfum. Karena itu aroma sang istri berganti dari vanila yang feminim menjadi aroma khas bayi.

Jisung tidak masalah, aroma itu sangat cocok untuk Chenle. Juga, aroma itu mengingatkan Jisung pada hari-hari di masa lalu saat dia masih mengurus Chenle kecil. Betapa cepat waktu berlalu, sekarang anak kecil itu sudah memiliki bayi mungil, menjadi seorang ibu yang baik meski harus melewati sindrom baby blues terlebih dahulu sebelum mencapai title ibu terbaik.

Namun, Jisung harus membuyarkan lamunannya karena rengekan khas bayi terdengar oleh telinganya. Dengan hati-hati, Jisung melepaskan tangannya dari pinggang Chenle dan dengan cepat membawa anaknya ke dalam gendongannya.

"Aigoo, anak appa sepertinya lapar, hm? Jinjin-ie lapar? Iya?" Jisung berucap seraya membawa Sungjin kecil keluar dari kamar agar tidak membangunkan Chenle.

Jisung mengeluarkan susu dalam botol bayi dari kulkas dan baru akan menghangatkannya ketika tangisan Sungjin kecil semakin keras. Sekarang Jisung sedikit kewalahan. Di satu sisi dia ingin cepat menghangatkan susu untuk anaknya, tapi di sisi lain ingin menenangkan anaknya.

Jisung menghela nafasnya. "Jinjin-ie, sabar eoh. Susunya sebentar lagi bisa diminum."

Jisung kemudian teringat akan Chenle. Istrinya itu biasanya akan bersenandung ketika Sungjin kecil menangis dan itu berhasil membuat bayi mungil itu berhenti perlahan.

Jisung pun mulai bersenandung. Sungjin kecil masih menangis, tapi kaki dan tangannya sudah berhenti bergerak-gerak, memudahkan Jisung menggendongnya dengan satu tangan besarnya.

Selesai memasukkan botol ke dalam alat penghangat susu, Jisung membawa Sungjin kecil ke ruang tamu dan menidurkan sang anak di ayunan bayi. Mata kecil Sungjin terbuka dan tampaknya tidak lagi ingin tidur.

"Sudah cukup tidurnya? Jinjin-ie tidak ingin tidur lagi? Jinjin-ie ingin makan saja?"

Jisung meletakkan jari telunjuknya di dagu sang anak dan menggerakkannya. "Iya appa." Pria itu mencoba membuat suaranya terdengar seperti anak kecil.

Jisung terkekeh. "Tunggu sebentar, oke?"

Kemudian dia kembali menggerakkan telunjuknya. "Siap, appa."

Ketika itu senyum yang belum pernah terlihat dari Sungjin muncul dan Jisung terpana untuk beberapa saat.

"Wah..." Jisung memegangi dadanya. "Jinjin-ie, kau akhirnya menunjukkan senyumanmu pada appamu ini, hm?" Jisung tersenyum dan tangannya digerakkan untuk membelai lembut kepala sang anak. "Anak pintar! Itu anak appa!"

Bunyi melengking yang patah-patah terdengar dan Jisung dengan cepat berlari ke dapur, mengambil botol dari alat penghangat susu, dan kembali ke ruang tamu secepat mungkin.

"Jinjin-ie~ susumu tiba!"

Jisung duduk dan membiarkan Sungjin kecil meminum susunya dengan tenang. Dinyalakannya televisi dan mencari channel yang menayangkan kartun anak-anak agar Sungjin merasa terhibur.

"Paman Ji."

Pandangan Jisung beralih pada Chenle yang tampaknya baru saja bangun. Direntangkannya kedua tangannya dan dia tersenyum. "Kemarilah sayang."

Chenle berjalan seperti orang yang baru bangun dan mendarat dalam pelukan Jisung.

"Jinjin-ie dengan Paman Ji? Lele sempat panik tadi."

"Maaf sayang." Jisung mengecup pelipis Chenle. "Dia lapar, jadi agar tidak membangunkanmu kubawa dia keluar."

Chenle melepas pelukannya dan beralih pada anaknya dan mengambil alih botol dari tangan Jisung. Senyumnya tersungging begitu melihat wajah menggemaskan sang anak. "Anak eomma sudah bangun dan lapar rupanya." Chenle membelai pipi sang anak. Senyumnya semakin lebar saat Sungjin kecil memegang jari telunjuknya dengan tangan mungilnya.

"Jinjin-ie sayang eomma?"

"Euung." Sungjin kecil mengerang seraya menggerakkan kaki kecilnya.

Chenle terkekeh, kemudian kembali bertanya. "Jinjin-ie sayang appa?"

"Euung."








--

25.06.20

Ekhem ekhem... Happy birthday myself! 😄

Ngetik ini jadi nostalgia waktu masih kecil...

Our Days [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang