Butiran Putih Kecil

8.4K 1.5K 368
                                    

Hari ini adalah hari pengukuran baju para pemeran drama kecil di sekolah Chenle. Tidak seperti biasanya, Jisung tidak menunggu Chenle di ruang tunggu khusus TK, melainkan ikut masuk ke kelas Chenle.

Keadaannya begitu ramai. Ada banyak tumpukan kain, kertas, dan hiasan-hiasan. Jisung merasa canggung dengan sekitarnya dan memutuskan untuk tidak banyak bergerak, lain dengan Chenle yang berlari-larian dengan teman-temannya.

Jisung baru tahu Chenle memiliki banyak teman. Anak itu tidak pernah menyapa ataupun mengucapkan selamat tinggal pada temannya di depan Jisung. Chenle akan mengajak bicara Jisung tentang banyak hal sebelum kelas dimulai dan langsung berlari memeluknya saat pulang.

Senang rasanya melihat Chenle memiliki banyak teman. Ah tidak, rasanya biasa saja jika Jisung pikirkan kembali. Jisung yakin Chenle lebih senang bermain dengannya ketimbang anak-anak ini.

Yah, Jisung harap begitu.

"Omo~ Apa kau kakaknya Chenle?"

Jisung sedikit tersentak dan bergerak mundur ketika salah satu wanita menyapanya. Jisung menggaruk tengkuknya canggung dan tersenyum kecil. "B-bukan, saya asisten pribadi Tuan Muda Zhong."

"Aah~ asisten pribadi. Sepertinya Keluarga Zhong terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka, ya?"

Dalam hati Jisung berharap wanita ini terkena serangan jantung atau kalau bisa langsung menghilang dari hadapannya, karena Jisung tidak tahu menjawab apa.

"Begitulah."

"Paman Ji."

Jisung menunduk. Chenle berdiri di sampingnya dengan tangannya yang memegang celana bahan Jisung.

"Lele sudah selesai ukur, Kwon-ssaem bilang boleh pulang jika sudah."

Diam-diam Jisung bersorak ria dalam hatinya.

"Kalau begitu, ayo, tuan muda."

Tidak seperti biasanya juga, Jisung mengangkat Chenle dan menggendong anak itu. Dekapan Jisung begitu erat seolah takut Chenle akan pergi.

Mereka pun keluar dari kelas. Chenle yang digendong berceloteh ria tentang kostumnya nanti dan Jisung mendengarkan dengan baik.

"Oh? Dingin." Chenle berucap seraya menyentuh kepalanya.

Jisung yang siaga pun mengeluarkan topi musim dingin milik Chenle dari saku jasnya. Dengan satu tangannya Jisung memakaikan topi itu dan merapikannya agar Chenle terlihat rapi dan manis.

"Oh, dingin lagi!" Kali ini Chenle menyentuh hidungnya.

Jisung akhirnya mendongakkan kepalanya, mencari penyebab dari dinginnya sang tuan muda.

Ah, salju pertama.

"Sekarang sudah resmi memasuki musim dingin, tuan muda." Jisung menjelaskan.

"Benarkah?"

Jisung mengangguk. "Tuan terkena salju pertama tadi."

Chenle mendongakkan kepalanya dan sesaat kemudian senyum anak itu mengembang lebar.

"Woaaah! Lele belum pernah lihat salju pertama."

"Katanya jika membuat harapan saat salju pertama turun, maka harapannya akan terkabulkan."

"Lele mau buat! Lele mau buat!"

Anak itu menyatukan kedua tangannya dan memejamkan matanya.

"Lele harap Tuhan mau memberikan ayam bumbu, sirup maple, kue coklat, dan peluk juga cium untuk Lele."

Jisung berusaha menahan tawanya yang disebabkan kepolosan Zhong Chenle. Anak lain mungkin akan berharap agar mendapatkan mainan atau sepatu dan benda-benda lainnya. Tapi seorang Chenle hanya menginginkan ayam bumbu, sirup maple, kue coklat juga peluk dan cium.

"Saya rasa ini hari keberuntungan tuan muda. Ada restoran yang menjual ayam bumbu dan kue coklat di dekat sini."

Mata Chenle berbinar-binar menatap Jisung. "Lalu sirup maple, peluk, dan ciumnya?"

"Hmm... Oh! Kakak sepupu saya akan pulang dari Kanada lusa, jika tuan muda mau kita bisa mengunjunginya."

Chenle mengangguk dengan antusias. "Peluk dan ciumnya?!"

Tanpa basa-basi, Jisung mengubah gendongan itu menjadi sebuah pelukan erat. Ketika melepas pelukan tersebut, Jisung pun memberikan pipi tembam dengan bola merah itu sebuah kecupan.

Memang bukan ciuman, tapi Chenle tidak akan tahu bedanya.

"Terima kasih Paman Ji!" Chenle memeluk leher Jisung, tapi baru sebentar sudah dilepasnya.

"Permintaan Paman Ji apa?"

Jisung tampak berpikir. Lalu senyuman terulas di wajahnya.

"Sebuah kecupan."

"Kecupan itu apa?"

Jisung terkekeh kecil. "Sama seperti cium."

"Ooh~"

Chenle mengangguk-angguk pelan. Namun tiba-tiba anak itu memegangi wajah Jisung dengan kedua tangannya dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Jisung.

Dan bibir mereka bersentuhan untuk beberapa saat.

"Permintaan Paman Ji sudah dikabulkan!" Senyum anak itu lebih lebar dari biasanya.

Sama seperti debaran yang tidak seperti biasanya dalam dada Jisung.

Our Days [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang