Bonus! [Part 1]

11.7K 1.3K 22
                                    

Tidak ada pernikahan yang terhindar dari pertengkaran. Awalnya Jisung pikir itu hanya bualan. Jisung pikir pernikahannya dengan Chenle akan menjadi pernikahan yang harmonis dari awal sampai akhir. Sayangnya yang Jisung pikir hanya bualan adalah kalimat yang nyata.

Jisung bangun pukul dua pagi, sementara Chenle masih terlelap dan Jisung harus bergegas karena sudah memiliki janji temu dengan Nyonya Besar Zhong sebelum matahari terbit. Kemudian masih ada meeting dengan Tuan Besar Zhong dan kemungkinan besar akan menjadi meeting yang lama karena mereka akan membangun anak perusahaan dalam bidang yang benar-benar bagi mereka.

Sebuah ciuman di pelipis Chenle Jisung berikan sebelum dirinya berangkat. Tidak ada waktu, Jisung bahkan melewatkan sarapan dan hanya membawa sebotol air  putih dengannya.

Jalanan begitu sepi mengingat kepergiannya pada pukul tiga pagi. Namun Jisung tetap harus bergegas, tempat janji temunya dengan Nyonya Zhong terbilang cukup jauh dari kediamannya dan Chenle, memakan waktu sekitar dua jam.

Sesampainya di sana, Jisung langsung melakukan pemotretan. Waktu berjalan hingga tak terasa dua jam sudah pemotretan itu berlangsung dan sinar matahari sudah menyapa mereka semua. Dari sana Jisung kembali bergegas kembali ke rumah untuk merapikan diri dan berganti pakaian. Meeting dengan Tuan Besar Zhong dimulai pada pukul sepuluh.

Di rumah, Jisung langsung berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan. Ini adalah hari Sabtu, hari khusus bagi Chenle untuk bangun siang setelah hari kerja yang mengharuskannya bangun begitu pagi dan pulang tengah malam. Istri pekerja kerasnya itu masih tertidur dan Jisung tidak ingin mengganggu.

Setelah menghabiskan sarapan, Jisung langsung mengganti pakaiannya dengan yang lebih formal, kemudian memberikan ciuman di pelipis Chenle lagi, dan berangkat menuju kantor. Jisung tidak boleh terlambat, dia tidak boleh mengecewakan Tuan Besar Zhong sedikit pun.

Meeting itu merupakan meeting yang begitu... bagaimana Jisung menjelaskannya? Dua pekerja yang baru naik jabatan menjadikan meeting tersebut sebagai ajang unjuk kebolehan dan kepintaran, membuat Tuan Besar Zhong serta dirinya sakit kepala dan mau tidak mau Jisung harus menggunakan amarahnya untuk membungkam dua orang arogan itu.

Siksaan itu berlangsung selama empat jam. Dua jam berdiskusi, satu jam mendengarkan keributan, dan satu jam untuk marah. Belum ditambah dengan mendengarkan dua orang itu berbicara buruk tentangnya di kamar mandi. Ingin sekali Jisung menghajar mereka, tapi dia hanya keluar dari bilik toilet, secara tidak langsung membungkam mereka, dan pergi.

Dan karena ketidakbecusan dua orang itu, Jisung yang harus turun tangan mengurusi pekerjaan mereka. Jisung berkendara ke sana kemari, rasanya dia hampir mengelilingi Seoul. Dia baru bisa pulang jam tangannya menunjukkan pukul sembilan malam dan sampai di rumah pukul setengah dua belas.

Chenle menyambutnya dengan bungkam dan hanya duduk di ruang makan. Tidak ada senyuman atau pelukan.

Jisung menghela nafasnya dan mengusak rambutnya. "Ada apa?"

Chenle hanya diam, tapi tangannya bergerak meletakkan kotak kecil berisi tiga butir kapsul yang berbeda-beda di atas meja makan. Kemudian Chenle meletakkan bungkus ramen yang kosong, bekas santapan Jisung tadi pagi. Lalu istrinya itu meletakkan bungkus sari ginseng yang masih berisi.

Jisung sangat lelah dan kepalanya terasa penuh. Dia sama sekali tidak bisa berpikir.

"Ada apa dengan itu semua?" Pria itu bertanya dengan datar.

Chenle menatap Jisung penuh keheranan dan sedikit rasa marah. "Kau tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti?" dia balik bertanya.

Jisung menghela nafasnya dengan kasar. "Aku tidak mengerti."

"Kau seharusnya mengerti. Ini semua adalah keseharianmu."

"Aku lelah." Jisung berucap seraya melangkah gontai menuju kamarnya.

"Itu akibat mengabaikan semua ini."

Jisung menghentikan langkahnya dan kembali menghela nafasnya dengan kasar. "Chenle, biarkan aku beristirahat." Dia berucap datar.

Jisung yang memunggungi Chenle tidak melihat mata Sang Istri yang terbelalak. Jisung yang memunggungi Chenle hanya bisa mendengar perkataan Sang Istri.

"Bagaimana bisa kau seperti itu?"

Semuanya terdengar dan terasa menjengkelkan bagi Jisung sekarang. Pria itu berbalik dengan kedua alisnya yang tertaut dan menatap Chenle.

Sebuah tatapan dingin yang belum pernah Chenle dapatkan sebelumnya.

"Aku harus seperti apa?! Aku lelah, tapi kau menghalangiku dari beristirahat! Kau mengomel terkait perkara kecil di saat aku butuh istirahat! Aku tidak mengerti maksud dari semua ini, jadi lebih baik kau jelaskan padaku agar aku bisa beristirahat, Chenle!"

Dada Jisung bergerak naik turun dengan cepat dan kepalanya terasa panas.

Sementara di sisi lain Chenle terdiam untuk beberapa saat sebelum berbalik dan pergi. Lelaki berkulit seputih lili putih itu melangkah menjauh dari Jisung menuju kamar tidur tamu. Meninggalkan Jisung yang juga berbalik menuju kamar tidur mereka.



Our Days [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang