Perjalanan Kita

9.1K 1.3K 310
                                    

Usia tujuh tahun, banyak hal yang berubah terutama bagi Chenle. Baik Nyonya Besar Zhong ataupun Tuan Besar Zhong yang sesekali berkunjung, memberikannya banyak kasih sayang dan cinta. Namun begitu, Chenle tidak pernah melupakan Jisung. Paman Ji-nya adalah sumber utama kebahagiaan Chenle sejak pria itu hadir dalam hidupnya.

🐥

Usia sepuluh tahun. Chenle bertambah tinggi dan semakin cerdas. Sayang sekali waktu bermainnya bersama Jisung harus berkurang karena jadwal sekolah dan les yang padat. Tapi Chenle dan Jisung masih bisa menemukan waktu untuk bersenang-senang dan bermain di sela-sela jadwal yang padat itu.

🐥

Usia lima belas. Chenle sudah setinggi dada Jisung dan berharap bisa setinggi ataupun melebihi tinggi pria tersebut. Semuanya berjalan baik. Namun ada sesuatu yang terjadi dan Chenle tidak menceritakannya pada siapapun, bahkan tidak pada Jisung. Chenle... Chenle selalu berdebar setiap kali berdekatan dengan Jisung. Pipinya akan memanas setiap kali Jisung menatapnya, atau mengusak rambutnya, atau memujinya, atau banyak hal lainnya. Chenle tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Semuanya adalah hal yang sudah sering sekali Jisung lakukan padanya, tapi semuanya terasa begitu aneh sekarang.

🐥

Usia delapan belas tahun. Chenle berhasil masuk ke universitas terbaik dengan kerja kerasnya. Untuk pertama kalinya, baba dan mamanya bertemu dan berada di satu tempat setelah sekian lama untuk merayakan keberhasilannya. Untuk pertama kalinya juga, Chenle bertemu paman dan bibinya. Semuanya bahagia. Terutama Chenle, dia mendapatkan banyak hadiah dari keluarganya. Namun yang paling spesial adalah hadiah yang Jisung berikan padanya. Itu adalah kalung dengan sebuah cincin bertabur permata merah muda sebagai liontinnya. Chenle tidak pernah melepasnya setelah memakainya.

🐥

Usia dua puluh tahun. Malam ini Chenle sudah resmi menjadi orang dewasa. Pesta kebun yang sedikit berlebihan dibuat oleh mamanya dan walau sedikit keberatan, Chenle tetap merasa bahagia. Lagi-lagi dia dibajiri dengan hadiah, bahkan paman dan bibinya yang tidak bisa hadir tetap mengirimkan hadiah mereka.

Suasana pesta pada awalnya sangat ramai. Namun tiba-tiba saja semua orang perlahan-lahan berhenti bersuara dan menjauhinya yang duduk di tengah-tengah halaman. Tapi tidak dengan satu orang.

Park Jisung.

Pria yang sudah memasuki kepala empat namun masih terlihat seperti kepala dua itu tersenyum padanya. Chenle yang duduk di hadapannya mau tidak mau ikut tersenyum, sebuah kebiasaan yang entah kapan munculnya.

Kedua pipinya terasa begitu panas ketika Jisung menggenggam tangannya yang berada di atas meja dan membelainya lembut. Chenle rasanya ingin sekali menyembunyikan wajahnya yang sudah pasti sangat merah.

"Zhong Chenle." Jisung memanggil dengan lembut.

Walau merasa begitu malu, tapi Chenle tidak bisa memalingkan pandangannya dari Jisung. Seolah matanya merekat erat dengan mata Jisung. Namun Chenle tidak bisa menjawab panggilan Jisung, seolah jika dia mengeluarkan suara maka air matanya akan turut keluar. Chenle tidak ingin menangis malam ini.

Nafas Chenle tertahan begitu Jisung mengeluarkan kotak kecil dari saku mantelnya. Jantungnya bedebar cepat ketika Jisung membuka kotak tersebut. Matanya terbelalak lebar begitu kotak itu terbuka dan rasanya Chenle hampir tidak bisa menahan air matanya.






Isinya kosong.

Our Days [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang