Ngidam! [Part 1]

8.3K 884 61
                                    

Karena urusan ngidam enaknya dipisah, kita flashback dulu










Chenle tidak bisa tidur.

Sudah berusaha menyamankan dirinya senyaman mungkin, memakai sleep mask, menghitung domba, tapi tidak ada satu pun dari metodenya yang bekerja. Chenle ingin mencoba berpindah-pindah posisi tidur hanya saja tidak ingin membangunkan Jisung yang sudah terlelap.

Sebenarnya Chenle tahu akar dari masalah ini. Sedari tadi terus terbayang dibenaknya semangkuk bubur yang masih mengepulkan asap tipis. Polos, tanpa ada tambahan apapun. Mungkin sedikit garam dan lada, tapi hanya itu.

Namun hari sudah malam dan Chenle sudah terlalu lelah untuk membuat bubur itu. Jadi Chenle berusaha menahan keinginannya.

Namun bayangan semangkuk bubur itu seperti enggan meninggalkan kepalanya.

Chenle menggigit bibir bawahnya.

Saat itulah tiba-tiba saja Jisung terbangun. Pria itu sedang mengubah posisi tidurnya ketika menyadari istrinya belum terlelap. Jisung mengusap kepala Chenle sembari berusaha untuk membuka matanya.

"Kenapa, hm?"

Chenle tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya. "Tidak ada apa-apa. Paman Ji tidur saja."

Namun Jisung jelas tahu semuanya bertolak belakang dengan yang Chenle ucapkan. Jisung pun duduk dan menggenggan tangan Chenle. "Bicara saja, tidak apa."

Sekali lagi Chenle menggeleng. "Benar, tidak ada apa-apa."

"Lele, kita sudah bersama lama sekali. Aku sudah lebih dari tahu bagaimana tingkah Lele ketika sesuatu mengganggu Lele."

Jisung benar, Chenle tidak bisa berpura-pura dirinya baik-baik saja. Chenle juga tersiksa dengan bayangan semangkuk bubur hangat yang masih melekat di kepalanya.

Chenle menghela nafasnya. "Tapi Paman Ji tidak perlu memaksakan diri, janji?" Jisung pun mengangguk.

"Lele... Lele ingin bubur. Polos tanpa apapun selain sedikit garam dan lada."

Jisung menyadari bahwa istrinya sudah mulai mengidam. Sebagai suami yang baik, Jisung juga sadar bahwa apapun yang istrinya inginkan harus dia sediakan. Harus dirinya yang bergerak, tidak boleh Chenle. Istrinya cukup duduk manis bersama calon anaknya.

"Itu mudah, akan kubuatkan."

Mata Chenle membulat dengan lucu, tampak kebingungan dan sedikit terkejut. "Memangnya Paman Ji bisa masak?"

Bukan apa, hanya saja selama ini urusan dapur selalu dipegang oleh Chenle. Sekalipun Jisung memasak biasanya hanya ramen atau makanan cepat saji yang hanya perlu dihangatkan sebentar.

"Eii, tentu saja bisa. Tunggu di sini."

Jisung turun dari ranjang dan melangkah keluar. Dengan begitu percaya dirinya pria itu mulai menyiapkan alat dan bahan yang diperlukannya, kemudian memulai acara memasak tengah malamnya.

Ini adalah kali pertama Chenle memakan sesuatu yang benar-benar dibuat oleh tangannya, Jisung harus memastikan makanan buatannya terasa lezat agar bisa Chenle nikmati.

Kepulan asap keluar ketika Jisung membuka rice cookernya. Walaupun dibuat dengan cara sederhana seperti ini, yang terpenting adalah rasanya. Jisung mencicipi masakannya terlebih dahulu sebelum memindahkan bubur yang masih panas itu ke mangkuk. Didiamkannya sebentar hingga tidak terlalu panas sebelum dibawa pada Sang Istri yang duduk di ranjang.

"Jika kurang sesuatu katakan saja... Oh, jika tidak enak langsung lepehkan."

Chenle terkekeh mendengarnya. Tangannya mencubit pelan pipi Jisung dan mengelusnya setelahnya. "Terima kasih, Paman Ji."

Chenle mengambil alih mangkuk di tangan Jisung. Kepulan asap tipis dari bubur itu persis dengan apa yang Chenle inginkan. Itu saja bahkan sudah cukup untuk menghilangkan bayangan yang menyiksanya tadi.

Jisung menunggu reaksi Chenle dengan antusias. Namun Sang Istri tidak menunjukkan apapun pada wajahnya.

"Bagaimana?"

Chenle mengacungkan ibu jarinya. "Enak sekali Paman Ji! Sesuai keinginan Lele!"

Kebanggaan tersendiri muncul dalam dada Jisung. Hanya karena semangkuk bubur Jisung percaya bahwa dia bisa memasakkan Chenle apapun dan hasilnya akan terasa lezat.

Jisung mengecup bibir Chenle. "Sepertinya aku berada dilevel yang sama dengan Gordon Ramsay, sayang." Dia berucap bangga setelahnya.

Tawa Chenle terlepas. Lelaki itu mengangguk-angguk. "Ya, ya, seperti Gordon Ramsay jika itu yang Paman Ji ingin dengar."

"Ya sudah, habiskan buburnya."

Senyum Chenle terulas. Dia menarik Jisung untuk duduk di sampingnya. "Bantu Lele habiskan."






Our Days [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang