Ngidam! [Part 3]

5.3K 741 54
                                    

Hari ini hari Rabu, seharusnya Jisung sudah berangkat sejak dua jam yang lalu. Namun, karena hari ini jadwal Chenle periksa, maka Jisung tanpa meminta pun diberikan libur oleh Tuan Besar Zhong. Chenle sendiri sudah memberikan Harvey jadwal pemeriksaannya, jadi pria berwajah barat itu akan memberikan libur tanpa Chenle meminta izin.

Chenle sudah siap walau mereka baru akan berangkat satu jam lagi. Jisung sendiri tidak heran, Chenle memang selalu siap setengah jam lebih awal dari waktu keberangkatan. Mungkin karena sedang hamil, tingkat sensitivitas istrinya terkait ketepatan waktu jadi meningkat.

Jisung juga sudah siap. Bisa-bisa dirinya diomeli jika belum siap. Karena hanya harus menunggu, mereka pun duduk di sofa, berbincang seraya memainkan jari satu sama lain.

Ketika jam menunujukkan pukul sepuluh kurang sepuluh menit, mereka masuk ke mobil dan berangkat.

Mata Chenle melihat-lihat semua yang bisa dia lihat. Namun ada satu yang menangkap perhatiannya, yaitu sebuah bantal putih besar yang dipajang oleh toko yang hanya bisa Chenle lihat sekilas. Chenle baru-baru ini ingin sekali mengganti bantalnya menjadi bantal yang lebih tebal dan empuk. Lehernya belakangan ini sering terasa sakit dan Chenle pikir mungkin dia harus mengganti bantalnya.

Secara mendadak bayangan bantal putih tadi berubah.

Marshmallow putih, mungkin satu atau dua butir, mengambang di atas cokelat panas. Akan lebih baik jika ada biskuit cokelat juga sebagai pendamping.

Chenle menggelengkan kepalanya pelan, mengusir bayangan menggoda itu.

Namun tidak bisa hilang.

Akhirnya dia berdecak dan menoleh ke kiri, memandangi Jisung yang sedang fokus mengemudi. Ingin sekali Chenle memanggil Jisung, tapi jika dia memberitahu keinginannya sekarang mereka mungkin akan terlambat dan harus mengatre lagi.

Chenle pun menahan keinginannya meminum cokelat panas dengan marshmallow sampai mereka selesai memeriksakan kandungannya. Begitu mereka keluar dari ruangan Dokter Jung, Chenle langsung bergelayut manja di lengan Jisung.

Jisung sendiri tidak keberatan, malah merasa sangat senang. Istrinya terlihat semakin menggemaskan seperti itu.

"Paman Ji."

Jisung mengusap tangan Chenle. "Ya?"

Tiba-tiba Chenle menunjukkan wajahnya di depan wajah Jisung. Jisung pun berhenti melangkah agar bisa fokus pada Chenle.

Wajah istrinya begitu memelas, terlihat sekali kalau istrinya sedang menginginkan sesuatu.

"Lele ingin apa?"

"Cokelat panas dengan marshmallow, juga biskuit cokelat."

Dahi Jisung berkerut. Sekarang pertengahan musim panas, udaranya benar-benar panas. Bagaimana jika Chenle pingsan setelah minum cokelat panas?

Jisung hendak bertanya ketika teringat momen ketika Chenle mengidam ramen pedas yang panas di awal musim panas. Sejak itu, belum ada hal-hal aneh yang istrinya itu inginkan. Tidak ada salahnya jika cokelat panas ini Jisung kabulkan. Lagipula Jisung tidak ingin Chenle menangis lagi.

"Baiklah, nanti kita mampir supermarket dulu untuk membeli marshmallow. Persediaan cokelat bubuk masih ada?"

Chenle mengangguk. Tentu saja masih ada, Chenle ini adalah penggemar minuman manis.

Namun, masalah muncul ketika mereka sampai di supermarket.

Jisung menghela nafasnya.

Keranjang belanja mereka dipenuhi dengan kotak biskuit dan cemilan manis lain yang Chenle masukkan begitu saja.

Jisung awalnya berpikir Chenle hanya akan membeli satu biskuit dan satu marshmallow, tapi sepertinya istrinya ini tidak bisa menahan diri. Namun tidak apa, mereka hanya cemilan murah, uang di dompet Jisung masih bisa membayar semua itu.

Sekantung penuh cemilan itu dibawa oleh Chenle dengan begitu gembira. Senyum di wajahnya tak pudar sedikit pun. Jisung pun ikut senang melihatnya.

"Lele senang?"

"Ung! Terima kasih Paman Ji."

Jisung mengusak lembut rambut Chenle. "Apa ada lagi yang Lele inginkan?"

Jisung hanya basa-basi sebenarnya, tapi siapa sangka Chenle malah mengangguk penuh semangat.

"Tapi sepertinya akan merepotkan..."

"Tidak apa, sebutkan saja."

"Lele..." Chenle tampak ragu sesaat, lalu melihat sekelilingnya. Jisung pun ikut melakukan yang Chenle lakukan. Tidak ada siapapun di parkiran ini, Jisung tidak tahu apa yang Chenle lihat atau cari.

"Lele ingin cium! Sekarang!"

Apanya yang merepotkan?

Jisung terkekeh dan merapatkan dirinya dengan Chenle. "Itu sama sekali tidak merepotkan, sayang."

"Merepotkan jika dilihat orang."

Jisung akhirnya mengikis jarak antara dirinya dan Chenle perlahan, menggoda istrinya yang tampak sudah lebih dari siap untuk dicium.

Chenle yang tahu dirinya digoda dan merasa sangat tidak sabar akhirnya berjinjit dengan cepat dan menarik leher Jisung.

Bibir mereka pun bersentuhan dan untuk beberapa saat, mereka saling melumat dengan lembut. Sampai Jisung menyudahi dan menarik diri dari Chenle.

Chenle yang meminta, tapi Chenle juga yang malu. Lelaki itu berlari dengan cepat memasuki mobil dan tidak berani menatap Jisung, merasa terlalu malu karena terlalu berinisiatif di parkiran tadi.

Namun, begitu sampai di rumah, Chenle dengan sangat bersemangat meminta Jisung membuatkan cokelat panas marshmallow untuknya. Senyumnya begitu lebar, menunjukkan gigi-giginya yang putih berkilau.

"Ayo Paman Ji~ cepat, cepat!"

Kedua kakinya berayun manis di atas kursi. Tangannya membuat ketukan berirama di meja makan.

Jisung akhirnya selesai dengan cokelat panas istrinya. Pria itu mengipasi wajahnya yang berkeringat. Dia saja sudah kepanasan seperti ini dengan hanya terpapar panasnya uap air mendidih, bagaimana dengan Chenle?

"Sayang, kalau setelah ini kepanasan langsung sudahi ya? Suhu yang terlalu panas tidak baik untuk tubuh, bisa membuatmu tidak sadarkan diri."

"Ya, ya." Chenle membalas asal. Dengan semangat, dia mengambil alih cokelat panas di tangan Jisung dan setelah beberapa tiupan, Chenle menyeruput minuman panas itu.

"Huwaaaah! Enak sekali!" Mata Chenle berbinar-binar memandangi cokelat panas marshmallownya.

Setelah menyeruput, Chenle mengambil biskuit cokelat dari bungkusan di depannya. Dilahapnya biskuit itu dengan senyuman lebar yang tidak surut di wajahnya.

Walau khawatir, Jisung merasa senang bisa membuat Chenle senang walau hanya melalui segelas cokelat panas di musim panas.






---

"Ayolah Squidward, ini akan menyenangkan. Sementara badai mengamuk di luar, kita akan melewati waktu dengan bermain permainan papan, bermain tic tac toe, minum coklat panas..."

Yep, chapter ini sedikit terinspirasi dari Spongebob.

Our Days [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang