Keluar Diam-diam

8.1K 1.4K 84
                                    

Makan malam natal tahun ini sedikit berbeda untuk Chenle. Karena Jisung tidak memaksanya untuk menanggapi setiap pembicaraan orang tuanya. Asisten-asistennya yang dulu akan selalu memaksanya dengan halus.

"Seperti yang sudah saya ajarkan, anak yang baik harus selalu sopan. Tuan muda adalah anak yang baik, jadi tuan muda harus sopan."

Chenle merasa terkekang oleh asisten terdahulu. Itulah mengapa Chenle sangat menyayangi Paman Ji-nya. Jisung tidak pernah mengekangnya, tidak pernah memaksanya. Mungkin menegurnya sesekali jika Chenle memang salah.

Makan malam yang Chenle rasa akan selesai dalam waktu yang lama itu membuat Chenle bosan. Terlebih karena dia memilih untuk bungkam jika ditanya atau diajak berbicara. Chenle ingin bermain dengan Jisung saja. Tapi bagaimana caranya?

"Apa tuan muda baik-baik saja?"

Mata Chenle berbinar sesaat, merasa senang karena Jisung yang tiba-tiba bertanya seperti itu.

Chenle memegang perutnya dan merintih. "Perut Lele sakit."

Nyonya Besar Zhong meletakkan alat makannya dan memandangi anaknya. "Apa sakit sekali? Perlu mama panggilkan dokter?"

"Tidak perlu, Nyonya Besar. Ini pernah terjadi pada tuan muda dan sembuh setelah tuan muda beristirahat." Jisung menjawab. Dengan hati-hati Jisung membawa Chenle ke dalam gendongannya.

"Kau cepat tanggap, Asisten Park." Tuan Besar Zhong berucap.

Jisung hanya tersenyum tipis seraya menjawab, "Itu karena saya peduli pada Tuan Muda Zhong. Saya permisi." Kemudian Jisung pun melangkah pergi dengan Chenle yang memeluk lehernya erat.

Setelah berada jauh dari orang tuanya, Chenle terkekeh geli dalam gendongan Jisung. "Paman Ji." Chenle mengacungkan ibu jarinya dan menunjukkannya pada Jisung.

"Anda ingin kemana, tuan muda?"

"Halaman! Lele ingin lihat salju."

Malam ini salju yang turun cukup untuk membuat tumpukan sedang dalam waktu yang cukup singkat. Karena itu, sebelum Jisung melangkah ke halaman belakang, pria itu terlebih dahulu mengambil topi musim dingin Chenle.

Setelah kedatangan Tuan dan Nyonya Besar Zhong, Chenle belum tertawa ataupun tersenyum. Jisung merasa senang bisa kembali melihat wajah Chenle dihiasi senyum lebar malam ini. Terlihat cocok dengan rona merah yang muncul dikedua pipi anak itu.

"Lihat Paman Ji, ini Olaf." Chenle menunjukkan bola salju kecil di tangannya yang dihias seadanya. Meskipun Jisung tidak melihat kemiripan pada hasil tangan tuan mudanya, tapi dia tetap tersenyum dan mengangguk. "Ya, seperti Olaf."

Melihat betapa senangnya Chenle bermain, Jisung rasanya juga ingin ikut bermain. Setelah melihat sekitarnya, Jisung mengumpulkan salju dan membuatnya menjadi bola kecil, kemudian dilemparnya pada Chenle yang membelakanginya.

Chenle yang merasakan benturan ringan yang dingin pada punggungnya menoleh dan menatap Jisung dengan senyuman. "Paman Jiii!" Anak itu berseru.

Jisung terpaku di tempatnya. Rasanya seperti terkena serangan jantung. Jisung tidak mengerti, dia sudah terlampau sering melihat senyum Chenle, tapi kenapa baru sekarang jantungnya menggila?

Puk!

Dingin langsung terasa di seluruh permukaan wajahnya. Jisung membersihkan wajahnya dari salju, kemudian menatap Chenle yang tertawa geli.

Sungguh, Jisung ingin sekali memeluk dan mencium pipi Chenle sekarang.

"Saya akan balas tuan muda."

Tapi Jisung menahannya dan memilih untuk menakut-nakuti Chenle dengan bola salju yang besar. Keduanya berkejar-kejaran penuh dengan tawa, sesekali Chenle akan tersandung dan Jisung akan membungkus anak itu dan mereka akan berguling bersama sebelum akhirnya kembali berkejaran kembali.

Pemandangan yang belum Nyonya Besar Zhong dapatkan dari asisten-asisten sebelumnya.

Our Days [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang