Paman Camar

8.2K 1.4K 221
                                    

(Ini plotnya dua hari setelah Butiran Putih Kecil yaa)








Jisung menepati janjinya pada Chenle. Mereka dalam perjalanan untuk mengambil sirup maple yang anak itu inginkan.

Chenle tidur sepanjang perjalanan, kelelahan karena bermain kejar-kejaran sebelumnya dengan Jisung. Jisung sendiri tidak masalah, wajah tidur Chenle yang polos adalah pemandangan yang bagus ketika lampu merah menyala.

Akhirnya Porsche Cayenne itu berhenti di depan sebuah rumah minimalis. Saat mesin berhenti, Chenle membuka matanya dan memandang keluar dengan bingung.

Jisung yang melihat pun terkekeh. "Kita sudah sampai, tuan." Dia berucap seraya melepaskan seat-belt Chenle.

"Dimana?" Suara Chenle terdengar serak. Jisung mengambil botol minum Chenle dan memberikannya pada anak itu.

"Rumah penyedia sirup maple."

Chenle menyelesaikan minumnya dengan cepat, kemudian membuka pintu mobil dengan semangat.

"Eh? Paman Ji, itu rumah Haechan." Chenle menunjuk rumah sebelah. Jisung hanya mengendikkan bahunya, dia juga tahu teman Chenle itu tinggal di sana.

"Katanya mau ambil sirup maple, tapi kenapa ke rumah Haechan?"

"Kita bukan ke rumah Haechan, tuan muda. Kebetulan saja kakak sepupu saya bertetangga dengan Haechan."

"Ooh~"

Jisung mengangkat Chenle untuk menggendongnya. Sejak menggendong Chenle lusa lalu, Jisung merasa lebih senang menggendong Chenle ketimbang menggandengnya, sepertinya dia akan melakukan ini lebih sering.

"Tuan muda ingin memencet bel?" Jisung menawarkan.

Chenle mengangguk dan dengan semangat dipencetnya bel rumah tersebut. Beberapa saat kemudian, pintu di depannya terbuka dan Chenle melihat seorang pria yang sama tingginya dengan Jisung berdiri di depannya.

"Pagi, Mark hyung."

"Ini majikanmu itu?"

Chenle mengerutkan dahinya bingung karena Paman di depannya ini menunjuknya dan menyebutnya majikan.

"Selamat pagi paman. Nama Lele Zhong Chenle, panggil saja Lele." Chenle tersenyum dan mengenalkan diri.

Paman di depannya, Mark, tersenyum dan melambaikan tangannya. "Pagi, Lele."

Jisung menyerngit. "Kau tidak seperti biasanya, hyung."

"Aku sering menjaga anak Johnny hyung."

Jisung mengangguk mengerti. Mark pun mempersilakan adik sepupu beserta tuan mudanya masuk. Ketika Chenle Jisung turunkan, anak itu mulai perjalanannya mengagumi rumah Mark. Sementara itu Jisung menagih sirup maple yang dimintanya dan berbincang ringan dengan sang kakak sepupu.

"... tapi aku sudah tidak menyukainya lagi, jadi pertemanan kami tidak secanggung yang kubayangkan."

Jisung terdiam.

Haruskah?

"Hyung."

"Eum?"

Banyak pertimbangan yang Jisung pikirkan. Namun mengingat Mark adalah kakak sepupunya, pria itu pun akhirnya membuka suaranya.

Jisung menghela nafasnya. "Apa jatuh cinta itu membuat jantungmu berdebar cepat dan perutmu jadi aneh?" Jisung bertanya pada Mark, tapi matanya menuju ke lain arah.

"Bukan itu saja, matamu jadi bermasalah."

Mark memandangi Jisung yang terdiam dengan bingung. Walau terdiam, mata kecil sepupunya itu mengikuti kemana pun Chenle berjalan. Mark pun tanpa berpikir dua kali bisa menyimpulkan apa yang terjadi.

"Hyung, aku dalam masalah."

"Selamat datang di duniaku, adik sepupu."

Jisung melirik Mark dengan alis yang menyatu, sementara kakak sepupunya hanya mengendikkan bahunya santai.

"Anak Johnny hyung."

Jisung rasa keluarganya dikutuk atau semacamnya.

Our Days [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang