Hanya tinggal menghitung hari menjelang persalinan Chenle. Dokter Jung mengatakan jika kondisi Sang Istri maupun sang calon bayi sangat baik dan keduanya akan baik-baik saja. Jisung tidak bisa lebih senang mendengarnya.
Namun rasa takut pasti tetap ada.
Jisung sudah tidak bekerja selama seminggu, benar-benar tidak meninggalkan Chenle barang semenit pun. Mereka sudah seperti dua kertas yang dilem Haechan pernah berkata. Jisung bilang jika itu bawaan entah dari mana untuk membalas cibiran itu. Namun sebenarnya itu karena Jisung takut dan satu-satunya cara untuk menghindari rasa takut itu adalah dengan hadirnya Chenle di sisinya.
Chenle tidak begitu menyadari itu, tapi dia sadar ada sesuatu yang mengganggu suaminya. Hanya saja Chenle tidak tahu apa. Setiap kali Chenle menanyakan hal itu Jisung akan mengalihkan pembicaraan mereka atau mengelak. Chenle rasa Jisung hanya tidak ingin membebaninya, karena itu setiap kali Jisung melakukan kontak fisik dengannya, Chenle akan mencoba untuk memberikan semua kasih sayang dia miliki pada Jisung. Chenle akan berusaha memberikan semua perhatiannya, semua cintanya. Chenle akan berusaha membuat Jisung merasa nyaman dan berharap semua itu bisa membuat apapun yang mengganggu suaminya pergi.
Seperti sekarang. Mereka sedang bermalas-malasan di ranjang sejak pagi ini. Jisung benar-benar melekat pada Chenle sejak tadi malam dan Chenle tidak keberatan sedikit pun. Chenle bahkan menjadi pihak yang merengkuh dan memeluk Jisung, seperti yang biasanya Jisung lakukan padanya. Belaian lembut dan beberapa kecupan juga Chenle berikan pada suaminya. Karena hari ini Chenle bisa melihat dengan jelas Jisung benar-benar terganggu dan untuk beberapa alasan terlihat seperti anak kecil yang ketakutan.
"Apa Paman Ji merasa nyaman?"
Jisung mengangguk. "Sangat nyaman." Pria itu menjawab. Kemudian tubuhnya dia gerakkan agar lebih menempel dengan Chenle dan membenamkan wajahnya di dada Chenle.
Chenle bisa merasakan hembusan nafas yang hangat keluar dari mulut Jisung. Chenle juga bisa mendengarnya dan itu terdengar berat. Itu menyebabkan perdebatan dalam diri Chenle. Satu sisi dalam dirinya ingin menanyakan apa yang salah pada Jisung, tapi sisi yang lainnya menahannya.
Chenle takut menyinggung Jisung. Namun Jisung sudah berada di umur yang termasuk rentan jika pikirannya terbebani, kesehatannya bisa terganggu jika sudah parah. Jika Chenle tidak bertanya, Jisung mungkin akan stres dan Chenle benar-benar tidak ingin itu terjadi. Ditambah, Jisung selama ini selalu mendengarkan keluh kesah Chenle, bukan hanya dalam kehidupan pernikahan mereka, tapi benar-benar dari saat dimana hubungan mereka masih sebatas seorang anak dan asisten pribadinya. Jisung hampir belum pernah berkeluh kesah dengannya, ini adalah saat yang tepat untuk mengembalikan apa yang sudah Jisung berikan padanya.
"Paman Ji, Lele rasa Paman Ji harus melepaskan topeng Paman Ji sekarang."
"Tidak a–"
"Jangan begitu. Tidak baik untuk menahan hal yang mengganggu kita terlalu lama. Itu seperti menahan rasa sakit, tidak baik untuk tubuh."
Akhirnya Jisung menjauhkan dirinya dari Chenle, menatap istrinya begitu dalam dengan kedua matanya yang terasa panas. Bibir pria itu sedikit melengkung ke bawah dan terlihat bergetar.
"Aku takut." Jisung berucap dengan suaranya yang bergetar.
Chenle mengerti.
Dia juga takut. Takut tidak lagi bisa menghabiskan waktu bersama Jisung. Takut tidak lagi bisa melihat wajah Jisung. Takut tidak lagi bisa merawat Jisung. Takut tidak lagi bisa berada di sisi Jisung. Chenle sangat takut akan itu, itu adalah ketakutan terbesarnya selama ini.
Chenle membelai lembut pipi Jisung dan Jisung memegang tangannya. Air mata suaminya mulai mengalir, menunjukkan apa yang selama ini ditahannya. Chenle juga ingin menangis sebenarnya, tapi jika dia menangis dia tidak mungkin bisa menenangkan Jisung.
"Aku tidak bermaksud untuk— hiks, berpikiran buruk. Namun pikiran bahwa— hiks, aku ingin selalu bersamamu terus muncul dalam benakku— hiks..., dan pikiran buruk itu selalu muncul setelahnya."
"Lele mengerti." Chenle tersenyum. "Selama ini itu yang Lele rasakan pada Paman Ji."
"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak ingin kehilangan Lele."
Chenle juga tidak tahu apa yang bisa dilakukan.
"Semuanya akan baik-baik saja, Paman Ji."
Tidak yakin, Chenle tidak sepenuhnya yakin akan itu. Namun dia lebih memilih untuk berpikir seperti itu. Begitulah cara dia mengatasi kekhawatirannya selama ini. Namun semuanya, terutama hal seperti ini, sudah ada yang mengatur. Chenle hanya bisa mengerahkan usahanya sebatas berdoa.
Agar dia bisa terus bersama Jisung.
Agar Jisung bisa terus bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Days [JiChen | ChenJi] ✓
Fanfiction✨A Story by Z✨ ⚠️Age gap ▶JiChen / ChenSung / ChenJi ▶️NCT ⚠️BxB ⚠️Mpreg ▶️top!Jisung [220721] #1 in minhyung (out of 4.18k stories)