Enam Lilin

8.9K 1.5K 40
                                    

Hari ini Jisung masih sakit, Chenle diberitahu oleh Bibi Han. Walau sebenarnya Chenle hanya ingin diurusi oleh Jisung, tapi Chenle berusaha memahami kondisi, jika dia memaksa Jisung untuk melayaninya mungkin Jisung akan bertambah sakit.

Tapi tetap saja, Chenle merasa kecewa. Hari ini adalah ulang tahunnya dan jika saja Jisung tidak sakit, Chenle ingin memberitahu Paman Ji-nya.

"Jangan sedih tuan muda, kesedihan bisa merusak hari yang indah. Tidak ada yang ingin hari ulang tahunnya tidak indah bukan?"

Chenle tidak menjawab. Seusai pakaiannya terpasang dengan rapi, anak itu berlari menuruni tangga. Namun belum sampai di ujung, Chenle berhenti. Kedua sudur bibir anak itu tertarik dan dia pun berlari lebih cepat dari sebelumnya.

"Paman Jiii!"

Jisung menangkap Chenle yang menghambur memeluknya. "Saya baru akan naik ke atas untuk memeriksa tuan muda, tapi sepertinya tidak perlu."

Chenle merentangkan kedua tangannya ke atas. "Paman Ji, angkat, angkat!"

Jisung pun mengangkat Chenle dan menggendong anak itu dalam dekapannya. Tangan kecil Chenle menyentuh dahi Jisung setelah itu bibirnya mengerucut. "Paman Ji masih sakit."

"Sebentar lagi sembuh, tuan muda."

"Paman Ji—"

"Astaga, tuan muda. Seharusnya anda ada di ruang makan sekarang."

Bibi Han mengambil Chenle dari gendongan Jisung. "Asisten Park masih sakit, anda bisa tertular, tuan."

"Lele mengerti." Chenle berucap dengan lesu. Anak itu kemudian mengekori Bibi Han.

Hari ini merupakan hari terburuk bagi Chenle.

🐥

Jisung memeriksa jam tangannya. Chenle akan pulang setengah jam lagi dan dia belum mendapatkan hadiah yang sekiranya akan disukai tuan mudanya.

Jisung menyalahkan obat yang dia minum, jika saja Jisung tidak meminumnya mungkin dia tidak akan ketiduran tadi.

Apa yang sekiranya akan disukai Chenle?

Jisung sudah mengitari toko mainan, tapi Chenle tidak memiliki banyak mainan. Jadi Jisung menyimpulkan bahwa Chenle tidak begitu menyukai mainan.

Sekeluarnya Jisung dari toko mainan, dia belum menemukan apapun yang menarik. Jisung pun hanya mengikuti kemana kakinya melangkah.

Sampai Jisung melihat toko boneka di seberang. Sebuah boneka burung putih di etalase adalah yang pertama kali matanya tangkap. Langkahnya pun Jisung percepat ketika lampu untuk penyeberang berwarna hijau.

Begitu boneka itu berada dalam genggaman Jisung, yang pertama kali Jisung pikirkan adalah 'apa ini akan terasa nyaman jika Chenle memeluknya?'

Boneka itu terasa lembut dan empuk. Walau berwarna putih, Jisung tahu Chenle adalah anak yang terorganisir, jadi Jisung menjamin boneka ini tidak akan berubah warna dalam lima tahun ke depan.

Rasanya ini hadiah yang sempurna untuk anak yang sempurna.

🐥

Baru saja Jisung hendak masuk ke dalam kediaman Zhong ketika suara teriakan khas Chenle terdengar.

"Paman Ji!" Senyum anak itu terulas begitu lebar.

"Selamat siang, tuan muda. Bagaimana hari anda?"

"Biasa saja. Ah! Sekarang Lele ingin main deng—" Chenle berhenti berkata ketika teringat bahwa Jisung sedang sakit. "Tidak jadi, Lele ingin mewarnai di dalam saja."

"Uh, tuan muda."

Mata kecil Chenle menatap Jisung, terlihat begitu polos dan murni. Jisung akhirnya menyerahkan bungkusan di tangannya pada Chenle. "Ini untuk tuan muda. Selamat ulang tahun, Zhong Chenle."

Untuk beberapa saat, Chenle tidak menunjukkan reaksi apapun, membuat Jisung takut jika Chenle tidak menyukai hadiahnya.

"Saya tahu mungkin—"

Dengan gerakan yang sedikit lambat, Chenle mengambil bungkusannya dan mengintip isinya.

"P-Paman Ji, terima kasih." Chenle mengangkat kepalanya dan Jisung bisa melihat bendungan air mata dalam mata kecil itu. "Terima kasih Paman Ji."

Dan mengalirlah air matanya. Jisung pun menyejajarkan tubuhnya dengan Chenle dan memeluk anak itu.

"T-terima kasih sudah t-tahu ulang tahun L-lele. Hiks, hiks. Lele s-suka hadiahnya."

Our Days [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang