Ngidam! [Part 6]

4.8K 640 63
                                    

Can you hear my heartbeat~

Ini Ngidam! part terakhir dan Z mau nanya... Kira-kira nama yang cocok buat anaknya ChenSung siapa ya? Dari kemaren Z mikir ngga dapet sama sekali.

Kalian mau namanya nama korea atau barat atau mungkin campuran apa sama apa gitu? Kalo kalian punya saran, sangat sangat boleh. Asal inget gender anaknya cowok ya, ngga mungkin nama anaknya Anna :")

🐥


"Lele sayang, itu tidak bagus."

"Tidak bagus dari mana? Lele jadi bisa berolahraga."

Jisung menghela nafasnya dan tangannya memijat batang hidungnya. Chenle benar-benar menuntut agar keinginannya dikabulkan sekarang, benar-benar berbeda dari biasanya. Jisung bertanya-tanya kenapa.

"Lele, duduklah." Jisung menepuk tempat kosong di sebelahnya.

"Tidak mau jika Paman Ji tidak mau membiarkan Lele—"

"Dengar dulu, sayang."

Akhirnya Chenle duduk di sebelah Jisung, tapi memberi sedikit jarak antara dirinya dan Jisung. Matanya bahkan menatap datar Sang Suami.

"Lele, aku tidak pernah menolak keinginan Lele, benar bukan?"

Chenle mengangguk.

"Bahkan jika itu saaaangaaat aneh, benar bukan?"

Pikiran Chenle melayang pada empat hari yang lalu. Dia secara tiba-tiba meminta Jisung membeli es krim dan ketika Jisung memberikannya, Chenle memakannya dengan pasta cabai dan kacang polong.

Chenle mengangguk.

"Aku tidak menolak jika aku pikir itu masih aman untuk Lele. Pasta cabai dan es krim... hah... walau ini sudah memasuki musim dingin dan memakan es krim bukanlah hal normal di musim ini terutama dengan pasta cabai, aku tahu Lele tidak akan terkena flu hanya karena satu batang es krim dan setelah melihat Lele memakan ramen terakhir kali, aku tahu toleransi pedas Chenle benar-benar tinggi."

Bibir Chenle sedikit dimajukan. "Tapi Lele bisa saja sakit perut."

Jisung terkekeh. Istrinya benar-benar keras kepala kali ini.

"Lele ingat ketika Lele meminta vitamin c padaku dan Lele memakannya bersama semangkuk bubur yang asin. Lele tidak sakit perut setelah itu. Dari sana aku tahu Lele tidak akan sakit perut hanya dengan memakan es krim dan pasta cabai yang tidak terlalu pedas."

Chenle tahu apa yang dikatakan suaminya lebih dari benar. Entah mengapa tubuhnya seolah memiliki perisai tersendiri dari penyakit walaupun makanan yang dia konsumsi saat mengidam terkadang aneh.

"Nah, karena Lele tidak akan kenapa-napa, Lele boleh ice skating."

Sekali lagi, Jisung menghela nafasnya. "Lele, ini berbeda. Jika Lele terjatuh, sesuatu bisa terjadi pada aegi."

"Tapi Lele tidak pernah jatuh saat ice skating, pasti tidak akan jatuh."

"Lele..., apa Lele tidak sayang aegi?"

Chenle terdiam. Bagaimana bisa Jisung bertanya seperti itu? Tentu saja Chenle menyayangi aegi, calon anaknya.

"Jangan menangis sayang." Jisung menarik Chenle dan membenamkan kepala istrinya di dadanya.

"Kenapa— hiks..., Paman Ji bertanya— hiks..., seperti itu? Tentu— hiks, Lele menyayangi aegi."

Jisung membelai punggung Chenle dengan lembut. "Tentu aku tahu, sayang. Maafkan Park Jisung ini, hm."

"Hiks, ya sudah, Lele tidak mau ice skating."

Jisung mengangkat kepala Chenle, membuat wajah Sang Istri menghadapnya. Dikecupnya ringan bibir merah muda itu dan disekanya air mata istrinya. "Maaf karena menolak keinginanmu, Lele."

Chenle mengangguk. "Maafkan Lele juga." Kemudian Chenle memberikan kecupan ringan untuk Jisung dan membenamkan wajahnya di dada Jisung kembali.

"Sudah waktunya makan malam, ayo kita bangun dan makan."

Tapi Chenle tidak bergeming dan masih membenamkan wajahnya di dada Jisung. Jisung pun berusaha mengangkat kepala istrinya lagi, tapi Chenle menahannya.

"Nanti dulu."

"Kenapa? Biasanya Lele bersemangat sekali."

"Lele malu."

Kekehannya tidak bisa Jisung tahan. "Kenapa harus malu, hm?"

"Tidak tahu! Jangan tanya!"

Our Days [JiChen | ChenJi] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang