Aku melirik sae disebelahku yang masih mencebikkan bibirnya dengan tatapan yang tajam, aku menghela nafas.
Anak-anak ini... kenapa semuanya sangat mirip seijuro. Aku lelah sekali dengan sikap mereka.
"Sae... kalau kamu seperti ini terus...kasihan teman-teman dan gurumu." Nasihat ku, berusaha bersabar.
"Makanya sae bilang sae gak mau masuk SD!" Sae bersilang tangan, ia tak mau menatapku.
Apa yang harus ku lakukan agar anak ini mau sekolah? Hari ini aku dipanggil kepala sekolah karena sae hendak menikam gurunya dengan gunting.
Hanya gara-gara perhitungan matematika!!!!
"Aku udah bilang kalau jawabannya bukan itu! Tapi guru bodoh nan tolol itu meremahkan ku!!"
Aku menggigit bibirku pelan, mengelus kepala sae sementara tangan satunya sibuk menyetir, apa ya yang harus ku lakukan untuk mendisiplinkan anak ini.
"....kan tidak harus menikam juga sayang..."
Sae mendengus, "Dia membuatku muak!"
Aku sama sekali gak mendengar rasa bersalah dari setiap kata-katanya, dia hampir saja hendak menikam orang dan tidak merasa keberatan.
Anak ini... sepertinya dia memang akan jadi bos mafia.
Aku meringgis pelan membayangkannya, lalu apa? Dia akan jadi seperti the yellow kid weil, seperti itu?
Membohongi orang untuk membeli manara eifell?
Kepalaku migrain, anak ini...benar-benar...
"Sentaro kan juga seharusnya gak butuh masuk tk." Sae menatapku sengit, "aku pengen satu sekolah sama sentaro."
Aku tahu kok, aku tahu sae ini sepertinya memiliki perasaan menyimpang pada adiknya sendiri.
Aku membuang nafas, permasalahan macam apa ini?
Setelah menghabiskan waktu 35 menit akhirnya kami tiba dirumah, aku segera masuk diikuti sae yang masih terlihat ngambek, aku tak tahu... pusing jadi akan ku serahkan masalah ini pada seijuro.
"Sae hampir saja menusuk mata gurunya dengan gunting!!" Seru ku pada seijuro, seijuro menatapku seolah balik bertanya 'benarkah?'
"Bagaimana bisa anak SD berniat untuk menusuk gurunya sendiri dan tak merasa menyesal??"
"Tapi si bodoh itu memancing emosiku!! Momy aku hanya membela harga diriku!"
Aku menoleh ke seijuro dimana ia terlihat sangat santai dengan pernyataan sae, aku menampar punggung seijuro sekuat tenaga, terlamjur emosi sendiri.
"Aku tidak mau tahu! Kau urusi putrimu! Nasehati dia untuk tidak menjadi setan diumurnya yang belia!"
"Tapi kan sae hanya membela dirinya sendiri!"
Aku mengangkat alis satu, "benarkah seijuro?"
"Sae gak salah sayang, itu wajar banget. Ya gak sae?"
Sae mengangguk membenarkan perkataan seijuro.
Like father like daughter they said.
Oke, aku menyerah.
"Oke baik." Aku tersenyum, lalu masuk kekamar, setelah mengumpulkan barang-barang kesayanganku aku segera melangkahkan kakiku keluar.
"Baby mau kemana?" Tanya seijuro, sae ikut mengekoriku.
"Aku tidak ingin hidup dengan setan. BYE."
Aku berlari sekuat tenaga, sementara seijuro dan sae bersorak sorai memanggilku dari belakang, TIDAK, aku sudah lelah!
Selamat tinggal para orang gila, aku akan memulai hidup baru di jerman.
BYE
.....