Walaupun semua masalah sama furihata udah selesai, dan author kita sengaja menghabiskan terhitung 5 chapter untuk itu, tetap saja aku ini juga masih marah lho sama seijuro!
Beraninya dia membuatku ku galau! Membuatku merasa sedih dan kecewa seperti... seperti anak remaja yang baru saja patah hati!
Kurang ajar!!!!
Pokoknya aku marah! Ngambek!
"Momy?" Panggil sae binggung melihatku tetap mengalihkan pandang tak mau melihat seijuro.
"Sae diam ya sayang, momy lagi ga mood." Ucapku lembut meskipun kata-katanya agak gimana gitu.
Sae menoleh canggung pada ayahnya.
Seijuro mengangkat bahu.
"Aku mau kekantor lho baby, gaada ciuman selamat pagi atau gimana gitu??" Tanya seijuro anteng-anteng wae kaya gaada hal yang pernah terjadi.
Diam.
Pokoknya aku masih sakit hati atas kejadian tempo hari dan merasa tidak ingin melihat wajahnya ataupun menyentuhnya.
Jadi aku pindah kamar, mulai hari ini aku tidur di kamar sae. Hal ini terus berlanjut hingga tak terasa telah berlalu selama seminggu.
"Baby." Panggil seijuro saat ini, aku sedang didapur mengobrak abrik kulkas. Ingin meminum susu vanillaku.
Tidak bergeming, itu yang aku lakukan. Ya walau sejujurnya aku tidak terlalu sakit hati lagi siih. Tapi tetap saja bagaimana bisa aku tidak mendendam?!
"Haa... tetsuya.." panggil seijuro lirih.
Sialnya ini hampir tengah malam, jika ada richard ataupun pelayan lainnya aku bisa dengan mudah menghindar! Sekarang karena hanya aku dan dia saja... aku merasa gugup!
"Iya aku salah, aku mengerti kok baby tidak ingin melihatku dulu ataupun berbicara padaku."
Cih setan satu ini mengerti situasi juga rupanya.
"Tapi apa baby gak kangen seranjang sama suamimu?"
Aku melotot, melirik seijuro dengan sinis.
"Ga!" Kata pertama yang aku keluarkan selama seminggu ini.
Seijuro terkekeh.
Apassiii... kenapa ketawa, aku kan jadi kepo!
"Huum... ternyata aku kekanak-kanakan juga ya..."
Seijuro tidak mendekatiku, ia masih bersandar di pintu dapur sementara aku di kulkas. Ia memejamkan matanya disana tersenyum bahagia.
Entah... apa yang dipikirkannya.
"Tetsuya, aku sangat bersyukur menikahimu, memiliki anak bersamamu, lalu bertengkar denganmu, semua hal bodoh yang telah kita lakukan membuatku samkin bersyukur bahwa aku menghabiskan waktu hidupku bersamamu." Seijuro membuka matanya, menatapku dengan pandangan teduh yang menyejukkan.
Perasaanku hangat mendengarnya, setidaknya mencairkan sedikit kebekuan di hatiku dan atmosfer ruangan ini.
Kami sama-sama terdiam, menikmati sunyi diantara kami dengan tenang.
"Apa..." aku memandang seijuro, "...kau pernah memikirkan hidupmu jika bersama orang lain?."
Suara lirihku ditangkap dengan baik oleh seijuro, ia memandangku sedikit kaget, mungkin agak terkejut dengan kata-kataku.
Jawaban yang ku dapat adalah sebuah gelengan.
"Aku hanya pergi menenangkan diri lho..." seijuro tertawa, menertawai dirinya sendiri. "Tak ku sangka tetsuya pikir aku akan menceraikanmu."
"..."
"Jatuh cinta tidak semudah itu lho sayang." Seijuro tersenyum di akhit, ia terkekeh kecil, menggerakkan tubuhnya menghampiriku.
Suasana yang entah mengapa terkesan romantis ini membuatku mabuk kepayang.
Padahal.... remang remang seperti ini...
Ketegangan sexsuality diantara kami menggebu-gebu.
Seijuro mengelus rambutku perlahan dan aku menikmatinya, belaiannya turun, berhenti sejenak di bibirku, mengelusnya lembut.
"Bolehkah?" Tanyanya.
Aku mengangguk.
Malam yang panas akan kembali.
....