Sejak mengetahui bahwa ia akan menjadi kakak, sae selalu memandangku dengan tatapan aneh.
Ia masih bersikap manis padaku, tapi dia selalu melirik sinis pada perutku. Dan terkadang aku mendapatinya sedang memata-mataiku, dan membuatku sangat tidak nyaman!
Sae memang masih kecil tapi... dia sangat cerdas. Dia juga mengerti bagaimana bayi ada dan terlahir didunia ini, ia juga sangat tertarik pada sains.
Aku memang gila.
Tapi bagaimana jika sae.. diam-diam berencana menyingkirkan adiknya?
Aku menampar diriku sendiri.
"Tidak mungkin!!!" Seru ku histeris.
Seijuro menyemburkan kopinya, mendatangiku dengan panik.
"Ada apa?!"
Aku menggigit kuku, cemas tak tentu seperti ini, apalagi... menuduh putriku seenaknya! Darah dagingku sendiri... tidak mungkin kan...?
Tapi...
Wajah seijuro hanya membuatku teringat bahwa itu mungkin saja terjadi. Mereka memiliki gen yang sama, like father like daughter.
PLAKKK
"Aww!" Seijuro menatapku tak percaya.
Aku baru saja menamparnya,
"Inilah mengapa bibit bebet bobot sangat penting!" Seruku gusar, aku mengacak-acak rambutku gemas.
"Ada apa sih?" Seijuro mencengkram pipiku gemas, membuatku semakin menatapnya dengan pandangan marah.
"Kau harus bicara pada sae! Ku rasa dia akan menyingkirkan adiknya."
Seijuro diam, menatapku tidak mengerti.
"Hah?"
"Dia terus memata-mataiku! Dia membuatku gugup!"
Seijuro mendesah.
Terlihat speechless.
"Kau pikir putrimu psikopat?"
"Ayahhya kan psikopat." Jawabku datar dan tersenyum dengan pandangan yang lurus padanya.
Seijuro mengangkat alisnya,
"Siapa bilang?" Tanyanya menyangkal.
Heh... gak tau diri nih orang.
"Yang sering nyiksa orang pake gunting siapa?" Tangan ku merambat ke atas menepuk nepuk pipinya. "Yang tiap kali ngancem orang, ngebakar gedung sekolah, ngebully temennya, hampir bunuh orang siapa? Hmmm...????"
Plak
Satu tamparan gemas lainnya, serius lah! Dia gak nyadar diri segitunya apa????
"Itu mah ke-charming-an seorang akashi seijuro." Desis seijuro bangga, narsisnya bikin eneg.
"Tobat mas, halumu kadaluarsa."
"Bacod kao sayang."
Seijuro menciumku di bibir sekilas, lalu memelukku.
"Sae gak mungkin mikir gitu kok, gak mungkinlaa dia mau bunuh adeknya sendiri."
Aku mendesah.
"Mungkin aku terlalu paranoid ya beby..."
Seijuro mengangguk setuju.
Tadinya, aku sudah tenang, tapi dari bahu seijuro aku menangkap sae yang sedang memandang kami dengan tatapan geram disertai sebuah suntikan di tangannya.
Aku menjerit.
"SAE!"
Seijuro melihat apa yang ku lihat.
"Sae?? Sayang? Untuk apa suntikan itu?" Tanya seijuro yang berinisiatif untuk berbicara.
Aku sih speechless ya.
"Untuk ngebius momy supaya aku bisa ngeluarin bayinya." Ucap sae polos.
Aku dan seijuro berpandangan, aku sih gugup setengah mati. Aku tahu!! Firasatku gak pernah salah anj!
Tapi seijuro... dia terlihat khawatir padaku, tapi di saat bersamaan ia terlihat bangga pada sae.
The fuck?! Nani???!!! After all the word our baby say???
Hmm...
Sudah kuduga...
Gen psikopat ini turun temurun.
.....
W mau nulis ini ya, gpp ya, curhat dikit.
"Bapak saya capek bapak"