Part 4: Namanya

140 96 147
                                    

"Jika nama itu pernah masuk dalam ingatan, percaya nama itu tidak akan terlupakan."

____


Bukan pertama kalinya Felly mendengarkan suara bel yang tidak asing itu. Namun, malam ini berbeda, hanya ada dia.

Felly mengunci pintu kamar, walau itu tidak menjamin keselamatannya. Suara bel hilang sejenak, beberapa detik kemudian suara itu kembali berbunyi dengan ritme yang lebih cepat.

Kayu balok yang biasa digunakan tertinggal di ruang tengah, dan tidak mungkin ia berlari ke sana untuk mengambilnya, bisa saja nyawanya akan hilang. Felly memutuskan untuk berdiam diri di balik lemari, membiarkan ruangan tengah diacak-acak oleh makhluk yang tidak ia kenali.

Suara keributan terdengar di luar. Seperti seseorang yang bertarung dengan makhluk pengganggu itu, dan biasanya yang melakukan adalah Mega.

"Mega udah datang?" batin Felly.

Wanita itu menguatkan dirinya untuk keluar, takut jika temannya akan bertarung sendiri. Ia melangkah pelan, dan berjalan mendekati pintu kamarnya. Suara itu terdengar semakin jelas.

Felly mengatur napas, dan sesekali menggigit bibir bawahnya. Suara itu hilang dan tidak ada keributan lagi. Ia memutar kunci pintu dengan gerakan pelan.

Gagang pintu bergerak sendiri, seseorang menekannya dari luar. "Semoga aja ini Mega," batinnya.

Felly membuka pelan pintu kamarnya, ingin memastikan apakah itu benar-benar Mega. Namun, baru saja ia menarik pelan pintu itu, bahkan belum terbuka sepenuhnya. Felly langsung jatuh ke lantai dan napasnya tertahan.

Laki-laki berwajah pucat dengan goresan luka muncul dan tersenyum di celah pintu kamar. Siapa saja yang melihat manusia itu akan terlonjak kaget, bahkan bisa tidak sadarkan diri.

Felly sudah terbiasa melihat makhluk yang tidak kasat mata, tapi laki-laki itu seperti manusia biasa dengan wajah yang penuh luka.

"S-siapa?" tanya Felly dengan gugup.

Laki-laki itu mendorong pintu kamar Felly, melempar pandangannya ke seluruh ruangan sambil berjalan mendekati Felly yang masih terduduk lemas dan diselimuti rasa takut.

Felly menguatkan dirinya, mencoba menepis rasa takut agar terlihat tidak terlalu lemah. Laki-laki itu malah duduk dan menyilakan kakinya tepat di hadapan Felly.

Felly menatap lekat wajahnya, wajah yang tidak asing. Laki-laki itu seperti seorang yang ia kenal —Audi.

Laki-laki itu menyatukan kedua tangannya dan memainkan jempolnya yang ia satukan, sambil tersenyum pada Felly. Dia seperti manusia yang sudah tidak pantas untuk hidup. Luka di setiap sudut wajahnya, dan tidak ada tanda-tanda darah mengalir di sana.

Felly menyipitkan matanya, ia tau pasti jika yang ada di depannya ini adalah manusia biasa. Dari mana dia masuk, bel yang berbunyi tadi? Atau dia menerobos sisi lain?

Lalu pertanyaan lain yang terlintas, apakah dia yang menghadapi penghuni rumah ini?

Tanpa aba-aba, laki-laki itu berdiri sambil menarik paksa Felly keluar dari kamar.

WITH ME?  || Ryujin  ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang