"Tidak ada yang tidak mungkin untuk seseorang yang bernama 'Teman'.
______
Felly menjelaskan apa yang ia temukan pada Mega, dan juga tentang Yudi yang mengurungnya di ruangan yang tidak memiliki apapun di dalamnya membuat Mega berpikir jika Yudi memiliki maksud lain pada mereka.
Dan terakhir, Gilang akhirnya mengatakan kenapa saat berada di tempat Yudi pipinya memerah, dan itu juga karena Yudi.
"Kita gak tau maksudnya gimana, tapi kita tetap hati-hati sama dia." Mega mencoba memastikan kedua temannya.
"Dia cuma seorang saudara yang pengen nemuin adeknya."
Pembelaan Gilang memang ada benarnya. Tapi, tidak waktu memikirkan Yudi. Felly menunjuk beberapa kertas yang dari tadi menjadi pusat perhatiannya.
"Kalian ngerasa aneh gak sama Audi?" Gilang memecehkan konsentrasi Felly.
Tapi, apa yang dikatakan Gilang memang pernah terpikirkan oleh mereka, 'ada yang aneh dari Audi.'
Mega teringat dengan berkas yang diminta oleh Regan, berkas yang menjelaskan jika kondisi Audi sedang tidak baik. Mungkin saja, ada hubungannya dengan keanehan Audi sekarang.
Mereka kembali fokus pada kertas itu, sedangkan Gilang mencari petunjuk lain yang mungkin bisa membantu. Sesekali ia melihat setiap sudut ruangan, tapi ia tidak menumukan CCTV yang memantau mereka. Dalam hatinya terbesit untuk memiliki rumah sehebat ini.
Mega dan Felly memperhatikan setiap kata yang hilang dan kata yang terkena goresan. Dari belakang Gilang ikut memperhatikannya, tapi matanya malah tertuju pada noda-noda merah yang ada pada lembaran itu.
Gilang mengambil posisi di sebelah Mega dan mengambil satu lembar kertas yang tersisa di lantai. Kertas itu memiliki empat titik noda, lalu ia beralih menatap lembaran yang dipegang oleh Mega, di sana hanya ada satu titik noda.
"Coba tarok semuanya di sini." Gilang mengambil kertas itu dari tangan Felly dan Mega bergantian.
"Percuma, Lang. Tadi gue udah coba. Tetap aja gak nemu."
Gilang mengabaikan Felly, menyusun lembaran sesuai dengan banyak noda yang ada di kertas, dan benar dugaan Gilang. Ia menyusun kertas sesuai dengan banyak noda yang ada di kertas.
Awalnya Gilang mengurutkan dari bercak noda yang paling banyak, tapi tidak menemukan apapun. Felly pun sudah menyerah membiarkan Gilang melakukan apa yang sudah ia lakukan tadi.
Tapi, laki-laki itu tidak berhenti di sana, ia menyusun kembali tapi dari urutan terkecil. Dan akhirnya, Gilang menemukan sebaris kalimat yang terhubung dari beberapa kata yang dihilangkan.
Siapa pun itu,lihatlah aku di tempat yang menyenangkan ini.
Serentak mereka saling tatap. Satu yang ada di pikiran mereka sekarang adalah, apakah ruangan ini yang dimaksudnya?
Perhatian Mega tertuju pada goresa-goresan yang ada di setiap lembar. Di sana hanya huruf P dan A yang tercoret miring. Bahkan disetiap lembar tetap huruf yang sama.
"Papa?" tanya Felly. "Ruangan Papa Audi! Pasti ada sesuatu di sana!" seru Felly.
**
Petunjuk yang mereka dapatkan membuatnya lupa mengingat jam untuk keluar dari tempat itu. Mereka malah memikirkan bagaimana cara untuk menuju ke ruangan papa Audi. Di sana tempat tujuan terakhir mereka.
Tapi, saat itu mereka bertemu dengan Yudi, dan sebisanya mereka menganggap tidak terjadi apapun dan pura-pura menanyakan keberadaannya. Sedangkan pertanyaannya bagaimana bisa ke ruangan Audi, dialihkan oleh Mega.
"Jadi sekarang kita kemana?"
Saat itu Yudi hanya tersenyum dan menyuruh mereka bertiga mengikutinya. Ia kembali membawa ke dalam sebuah ruangan yang berada di lantai dua.
"Ruangan lagi?" tanya Gilang, tapi tidak ada jawaban dari Yudi.
"Kalian masuk aja."
Saat mereka berada di dalam, dua laki-laki bertubuh tegap berdiri di belakang Yudi dengan tatapan tajam. Serentak mereka mundur beberapa langkah.
"Apa yang kalian temuin?!" teriak Yudi.
"Kita gak nemuin apa-apa," jawab Felly.
"Jangan pikir gue bodoh." Yudi melangkah mendekati tiga orang yang ada dihadapannya. "Dan jangan pikir pergerakan kalian gak ada yang tau."
"Kami juga tidak sebodoh itu." Mega tersenyum di akhir kalimatnya.
"Jangan liatin wajah itu, karena nanti akan berakhir dengan tangisan," sela Yudi.
Mega menguap tanpa menutup mulutnya di hadapan Yudi, sambil menggaruk lehernya dan berjalan ke sisi ruangan lalu membaringkan tubuhnya di sana.
"Maksud lo anter ke sini buat ngurung kita 'kan? Makasi, ya."
Sikap Mega membuat amarah Yudi memuncak, dan menyalurkan pada tembok yang ada di sebelahnya. "Lihat aja, kalian bakal mati. Papa gak bakal biarin orang yang udah masuk ke tempat ini keluar hidup-hidup."
Yudi berjalan keluar ruangan itu dan menyuruh dua penjaganya mengunci dari luar. Mereka tidak akan bisa merebut Audi darinya, dan tidak akan pernah.
**
Di balik layar monitor yang cukup besar, memperlihatkan seluruh ruangan di dalam rumah, seseorang tersenyum bangga dengan apa yang dilakukan anaknya. Lalu ia beralih mentap kerangka yang sering ia panggil istri itu.
"Lihatlah, dia sudah tumbuh sepertiku. Tidak sama dengan anakmu yang hanya bisa membangkang dan keluyuran di luar sana."
Laki-laki itu berjalan keluar dari ruangan, anaknya berhasil membawa tiga orang sekaligus untuk percobaannya lagi. Sudah lama ia tidak melakukan hal yang menyenangkan itu, yang sudah menjadi candu baginya. Sebuah momen yang tidak akan pernah ia siakan.
Ia memasuki sebuah ruangan yang terhubung dengan tempat kerjanya. Sisa bau mesin yang terkurung cukup lama berhamburan keluar saat pintu dibukakan, dan sisa bau amis yang menyengat, tapi laki-laki itu malah menimkatinya.
Mesin yang berukuran hampir sama tinggi dengannya, dengan dua layar monitor di atasnya. Benda itu lebih seperti sebuah robot yang memiliki banyak belalai di tubuhnya yang terhubung dengan mesin lainnya.
"Cepatlah datang, akan ada pertunjukkan menarik lagi. Tapi, aku berharap ini bukanlah pertunjukkan biasa. Semoga saja menjadi nyata, agar kerja keras kita gak sia-sia." Laki-laki itu memutuskan sambungan telfonnya dan kembali membelai mesin yang sudah dianggap anaknya sendiri.
**
Napas yang saling tertahan saat melihat beberapa gambar dan sketsa yang ada di dalam lemari. Gambaran tubuh manusia yang dialiri dengan arus listrk. Bagaimana bisa itu akan terjadi, karena tubuh manusia tidak akan bisa menerima itu.
Pemilik rumah ini memang dokter, tapi dokter yang terobsesi mengubah manusia sesuai keinginannya. Sekarang Mega tahu, kenapa Regan mencari tahu tentang keluarga Audi. Karena ada hal yang harus diungkapkan agar manusia lain mengetahuinya.
Gilang kembali memasukkan gambaran itu ke dalam lemari dan mengistirahatkan tubuhnya dengan bersandarkan pada lemari itu. Matanya tak lepas menatap dua wanita yang ada di hadapannya, yang sama merasakan lelah sepertinya.
Mereka rela melakukan apapun demi seorang teman, dan tidak peduli dengan resiko yang akan terjadi nantinya.
___WM___
Terima kasih untuk yang singgah
Jika nyaman menetaplah
Jangan lupa ninggalin jejak
Agar kehadiran kalian, dapat terlihat :)
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
Mystery / ThrillerJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...