“Masih ada pekerjaan yang harus dilakukan, tapi keberadaannya ingin cepat ditemukan.”
____
Suara mesin pemotong rumput menyatu dengan pekikan jangkrik yang kepanasan. Siang ini terik matahari membakar apa saja yang ada di bumi.
Mega meneguk air mineral yang diberikan Felly beberapa saat lalu. Ia menguap beberapa kali, tubuhnya begitu lelah hingga ia tidak sadar saat tubuhnya tumbang di bahu Gilang.
Semenjak kejadian malam itu, Mega menyuruh Gilang untuk selalu berada di sisinya, begitu juga dengan Felly. Ia tidak mengizinkan mereka pergi sendiri, jika pun dia yang pergi, Mega menyuruh Gilang untuk menemani Felly.
Entah berapa lembar yang digunakan Felly untuk memastikan hasil dari tugas yang sedang ia kerjakan. Setelah dituliskan, ia melihat layar laptopnya lagi, lalu mencoretnya dan kembali menulis di kertas yang lain.
“Sesuatu hal itu, harus ada bukti nyata. Gak asal bikin, kalau gitu mah nyontek aja kelar,” kata Felly saat Gilang menegurnya.
“Tapi, lo kayak gitu malah mencemari bumi kita.”
Paham kemana arah pembicaraan Gilang, Felly mengalihkan tatapannya dan kembali sibuk dengan tugasnya.
“Gimana Audi? Udah ada titik temunya?” tanya Gilang, karena sedikit banyaknya ia tau Audi lewat cerita Mega dan Felly.
Mega mengangkat kepalanya, dari tadi wanita itu ternyata tidak tidur. “Hp lo mana?”
Benda pipih berwarna hitam itu sampai di tangan Mega, ia lupa memperlihatkan sebuah foto yang diambil Gilang saat itu pada Felly.
Mega mengarahkan jempol Gilang pada layar ponselnya, dan terbuka. Hal kecil itu selalu menjadi candu baginya.
Kertas-kertas yang tadinya berserakan digeser oleh Mega, dan digantikan dengan layar ponsel Gilang.
“Lihat, deh.”
Felly mengambil ponsel itu, dan menatapnya lekat. Ia memperhatikan deretan lampu yang terlihat seperti formasi abjad. Tapi, Felly malah mengingat hal lain. Gedung itu tidak asing terlihat.
“Ini bukannya daerah Pasarahan?” tanya Felly.
“Iya, itu daerah tempat gue hampir mati,” jawab Gilang yang ikut memperhatikan layar ponselnya dari belakang.
“Inget gak sih, Meg. Dulu kita bertiga sering ke tempat ini. Audi terus bilang kalau keluarganya ada di sana, tapi waktu kita ke sana, kita gak ketemu siapa-siapa.” Felly mengingatkan Mega dengan kenangan kecil mereka.
Dulunya gedung itu terlihat masih dirawat, walau tetap saja saat mereka ke sana tempat itu selalu kosong. Berbeda dengan sekarang, hanya seperti gedung tua tertinggal.
Mereka masih memperhatikan formasi itu, kertas yang tadi ia gunakan untuk mencari provit sebuah perusahaan berganti dengan titik mengikuti gambar di layar.
Saat otaknya sedang terkuras habis-habisan. Sebuah pesan masuk dengan serentak di ponsel Mega dan Felly. Mega berdecak kesal, pekerjaannya selalu saja datang diwaktu yang tidak tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
Tajemnica / ThrillerJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...