"Seandainya teriakan itu bisa mengurangi beban, aku akan melakukannya. Tapi percuma, itu tidak ada pengaruhnya, bukan?
Sakit dan penderitaan itu akan tetap ada."
_____Keheningan di ujung malam.
Bagaimana pun rasa lelah yang dirasakan, tapi mata enggan terpejam. Siapa sangka, ruangan empat kali enam meter itu ternyata memiliki penghuni lain. Tidak ada yang menyadari keberadaan mereka, kecuali Felly. Karena memang dia yang bisa melihatnya.
Barang yang diberikan Arsa pada Mega berfungsi sebagai alat komunikasi. Sedangkan, ponsel dan smartwatch-nya tidak dapat berfungsi.
"Masih ada waktu beberapa jam lagi."
Mereka masih bisa tenang, kecuali Felly. Wajahnya memucat saat wanita dengan rambut sebahu itu terus menatapnya.
Sadar dengan perubahan raut wajah temannya, Mega langsung berpindah posisi ke hadapan Felly, dan tepat mengenai wanita itu. Wajahnya memperlihatkan kemarahan, belum sempat Felly memegang tangan Mega, tubuhnya langsung melayang dan terhempas ke dinding.
Gilang terkejut saat melihat Mega sudah berada di sudut ruangan, dan Felly yang tersudut pada tembok. Ia sadar, jika tempat ini memiliki penghuni. Gilang membantu Mega berdiri dan mengusap punggunya.
"Gak apa-apa." Mega menjauhkan tangan Gilang darinya dan kembali berdiri di hadapan Felly.
Felly menggelengkan kepala, menyuruh Mega menjauh darinya. Karena yang diinginkan wanita itu adalah dirinya. Belum sempat Felly bersuara, tubuh Mega kembali dilempar dan kali ini Mega dilempar ke sudut lemari.
Sekali lagi, kepalanya terbentur.
Tidak sanggup melihat temannya, Felly mengangkat kedua tangannya menyerah. Sedangkan Gilang kembali memastikan kondisi Mega. Wanita yang ada di pangkuannya itu setengah sadar, sekilas ia melihat sosok wanita di sebelah Felly. Tapi, beberapa detik kemudian, ia tidak sadarkan diri.
"Oke, apa maumu?" tanya Felly yang berhasil mengalihkan perhatian Gilang dari Mega. Felly berbicara sendiri, tapi tatapan wanita itu sangat serius.
"Tidak banyak yang aku mau, ikutlah bersamaku. Kalian akan bahagia."
Kening Felly langsung berkerut, di sudut bibirnya tercipta senyum tipis.
"Memangnya kamu siapa yang bisa mengajakku begitu saja?"
"Nanti kalian bakal tau kami siapa, tapi percayalah. Hidup kami lebih bahagia daripada kalian."
Felly memiringkan kepalanya. "Kalau hidup kalian sudah bahagia, kenapa harus ngusik manusia biasa?"
"Karena kami kasihan, dan karena kalian istimewa."
Felly memijat pelipis matanya, "nanti, tolong nanti. Kita capek!" bentak Felly dan beralih menatap Mega. "Dan lihat temen gue!"
"Gue capek banget! Tolong, sehari bikin mata gue gak ngeliat kalian semua. Boleh berbagi dunia, tapi tolong jangan mengusik. Kami gak pernah tertarik sama dunia lo, dan gak bakal pernah. Gue muak!" Felly meledak, bahkan Gilang pun terdiam.
"Suatu saat lo bakal ada dipihak kami. Karena di antara kami, ada orang yang berarti dalam hidup lo."
"Gak!" teriak Felly. "Pergi! Pergi!" Felly menggila, di sela teriakannya ada tangis yang penuh amarah di dalamnya.
Felly terisak, ia mengacak rambutnya sambil terus berteriak. Gilang berpikir, wanita lawan bicara Felly masuk ke dalam tubuhnya. Gilang pun tidak tahu harus berbuat apa. Ia menaruh Mega yang masih belum sadar di lantai, dan menghampiri Felly.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
Mystery / ThrillerJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...