“Tenanglah, kita akan bahagia nantinya, dan selamanya.”
_____Deretan pohon pinus tersusun rapi di jalanan, tidak ada bangunan atau rumah yang mereka temui, hanya pemandangan hijau yang terlihat.
Mereka sudah melewati beberapa turunan dan tanjakan, tapi masih belum terlihat bangunan yang dimaksud Yudi. Hingga, dari kejauhan sebuah bangunan megah terlihat di tengah rerumputan hijau— indah. Sesaat mereka tertegun, hingga Mega melaju dengan kecepatan tinggi ke arah tempat itu.
Tidak sia-sia mereka datang ke tempat itu, pemandangan yang indah yang tidak mereka temui di kota. Tapi, tujuan ke tempat ini bukan untuk bersenang-senang.
Yudi berdiri di pintu masuk menyambut mereka semua, tatapannya tertuju pada Gilang. Ia belum pernah melihat laki-laki itu.
“Gilang, temen gue.” Mega memperkenalkan pada Yudi, sedangkan dua laki-laki itu hanya mengangguk pelan. Tidak ada interaksi lebih.
Bangunan dari luarnya terlihat seperti gedung kantor biasa yang biasa mereka lihat di kota, tapi ternyata di dalamnya hanya sebuah rumah, dan hanya dia yang ada di sana.
“Sendiri?” tanya Felly untuk memastikan lagi.
“Seharusnya kalian butuh rumah yang kayak gini ‘kan?” ada tawa di ujung kalimatnya, jelas membuat Mega tidak suka.
Mereka menaiki tangga satu persatu hingga lantai empat, tidak ada suara apa pun kecuali langkah mereka berempat. Langkah kaki Yudi terhenti saat menatap ujung lorong tempatnya berada.
“Sepertinya kalian bawa teman.” Yudi melihat Felly sambil tersenyum.
Raut wajah Felly berubah saat melihat apa yang dilihat oleh Yudi. Gadis kecil itu mengikuti mereka hingga tempat ini, dan dia tidak sendiri. Ada laki-laki yang selalu duduk di tangga rumahnya dengan tatapan datar, dan wanita berumur awal tiga puluhan dengan bentuk wajah yang tidak sempurna lagi.
Napasnya tertahan, wanita itu tidak pernah terlihat di matanya. Setelah menatap Yudi, ia kembali melihat tiga makhluk yang sekarang tepat berada di hadapannya. Mega hanya merasakan suasana yang berbeda setelah Yudi mengatakan jika mereka membawa teman, dan itu sudah pasti bukan Gilang.
“Tidak ada gunanya kalian pergi sejauh ini,” bisik wanita dengan wajah yang masih berlumuran darah pada Felly dan Yudi.
Melihat raut wajah mereka berdua, Mega sudah tau apa yang di hadapannya tanpa melihat.
“Mau kalian apa?” pertanyaan yang mengalihkan semua tatapan kepadanya. “Gue tau kalian juga punya kehidupan dan kita juga. Tolong, jangan saling ganggu,” sambungnya.
“Kehadiran kita ganggu? Maaf kalau gitu. Tapi, kita gak bakal ngusik. Mari kita berbagi dunia saja.” Kali ini Gilang yang bersuara, dan ternyata kalimat singkatnya membawa mereka pergi.
____
Foto dideretkan di atas meja, di antaranya foto Audi yang tersenyum lebar dan mata yang sedikit hilang.
“Kita hilang kabar semenjak kecelakaan akhir SMA waktu itu.” Mega mengambil salah satu foto, Audi dengan baju yang ia kenakan saat terakhir bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
Misterio / SuspensoJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...