“Apa yang ada di depan mata jika masih ada di dunia gila ini cukup jalani saja.”
____
Perlahan, rintik hujan mulai menyapa lalu dengan egoisnya menghujam bumi tanpa rasa. Mega melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju lokasi terakhir yang ia dapatkan dari ponsel Gilang.
Langit mulai kelam, dan jalanan penuh dengan genangan air. Semakin dekat dengan lokasi, jalan itu semakin sempit.
Saat berada pada lokasi yang ditunjuk. Mega memarkirkan motornya di belakang gedung tersebut.
Walau sudah dilapisi dengan jas hujan, celananya tetap basah akibat percikan di jalan. Ia memperhatikan tempat itu, dibantu dengan pencahayaan ponselnya.
Mega berjalan menuju ke sebuah ruangan yang terlihat sangat terang, dari balik jendela kaca. Baru saja ingin membuka pintu ruangan, seketika pintu itu terlepas bersamaan dengan seseorang yang melayang di atasnya—Gilang.
Tubuh laki-laki itu terhempas di atas daun pintu yang terlepas dan menyentuh genangan air hujan, tubuhnya dibasah. Hujan yang sangat deras membasuh luka pada wajahnya.
“Gilang?”
Tidak percaya dengan wajah Gilang yang terihat di matanya. Bibirnya koyak, mata yang hampir tertutup sebelah, dan lebam pada pipi kanannya.
Mega menghantam daun pintu yang tersisa, membuat semua pasang mata yang ada di ruangan itu tertuju padanya.
“Wah, coba lihat. Siapa yang ada di hadapan kita.” Laki-laki dengan baju kaus hitam melihat Mega dengan tawa yang menyebalkan.
Saat Mega melangkah masuk, Gilang menarik tangannya keluar. “Kalau lo masuk, lo gak bakal bisa keluar.”
“Terus, buat apa lo manggil gue ke sini?” Mega melepaskan tangan Gilang darinya.
Mega melihat satu persatu laki-laki yang ada di dalam ruangan. Lima laki-laki itu membuat wajah Gilang hampir tidak bisa dikenali. Ia berdecak kesal, bagaimana bisa Gilang kalah dengan mereka semua.
“Maaf, cantik. Kami tidak berkelahi dengan wanita.”
Mega tersenyum ke arah laki-laki yang berbicara padanya, sambil mengikat rambutnya yang masih basah.
“Cih.” Mega meludah pada salah satu laki-laki yang berdiri tidak jauh darinya. “Ups, ada orang ternyata,” lanjut Mega sambil menyeringai.
Tangan Mega menyambar kain jendela, hanya beberapa kali tarikan kain itu terlepas dari gagangnya, lalu ia menggulungkan ke tangan Gilang.
“Bisa bantuin gue ‘kan?” Mega tersenyum, dan itu sebuah senyuman yang langka bagi Gilang.
Mega berdiri di depan Gilang, lalu meraih tangan Gilang dan menaruh pada pinggangnya. Paham dengan maksud wanita yang ada di depannya, Gilang langsung mengangkat tubuh Mega.
Sebuah tendangan dilayangkan ke arah salah satu laki-laki yang mendekatinya, membuat laki-laki itu tersungkur ke lantai. Mega kembali tersenyum, luka yang tadi ia rasakan hilang saat melihat senyuman itu.
Saat salah satu temannya tumbang, empat laki-laki itu menyerang mereka berdua. Kali ini Gilang tidak terlalu kesulitan, karena hanya melawan dua orang saja. Sedangkan Mega, ia melawan tiga laki-laki sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
Misterio / SuspensoJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...