"Aku hanya ingin bahagia di luar sana, lalu apa salahnya aku menikmatinya?"
-Audi-Audi POV:
Berada di tempat yang membosankan, tapi sedikit menyenangkan. Entah apa kelebihan dariku sehingga mereka mau saja aku suruh melakukan apapun. Lucu bukan?
Tapi, tidak apa-apa. Aku akan menganggap jika Tuhan masih menyayangiku. Disaat aku sudah kehilangan semuanya, Ia memberikanku mereka. Tapi, aku bukan manusia yang menerima kehadiran orang baru begitu saja.
Dua tahun yang lalu, tepat di akhir masa SMA ku, aku memisahkan diri dari kedua temanku dan memilih pulang sendiri, tiba-tiba saja aku merindukan rumahku, saat melihat Regan yang terkadang masih peduli pada Mega. Walau ada perlakuan buruk pada adiknya sendiri.
Tapi, aku pikir tidak jauh dengan keluargaku sendiri. Bahkan papaku lebih buruk dari itu. Namun aku sedikit berbeda, mungkin karena aku anak wanita satu-satunya dikeluarga itu. Bahkan aku sedikit dibebaskan.
Dua saudaraku lebih dikekang, dan tidak diizinkan untuk keluar rumah. Kecuali Randi, itu pun karena dia mau melanjutkan pendidikannya di bidang kedokteran.
Yudi, dia saudara kembar yang tak pernah aku akui sebelumnya. Bukannya tidak ingin, hanya saja tidak ada gunanya, karena orang luar tidak akan tahu tentang dia. Dan, lucunya sekarang, dia malah memberanikan diri untuk keluar dari sangkaknya.
Dulu, aku tidak pernah menaruh rasa benciku padanya. Bahkan kami begitu akrab. Tiga saudara yang tidak terpisahkan, kecuali aku sedang berada di luar atau Randi berada di kampusmya. Dan aku merasa kasihan padanya, karena hanya dia yang terlalu dikekang oleh papa.
Namun, dua tahun yang lalu. Dia membuatku sangat membencinya. Seandainya dia tidak memberi saran gila itu, aku tidak akan dicampakkan papa sejauh ini, aku akan tetap dianggap keluarga, dan mama tidak akan pergi untuk selamanya.
Tepat disaat kecelakaan bus yang aku alami, aku pulang sendiri. Karena rumah itu tidak boleh dilihat oleh orang lain, aku pergi ke kampus Randi, masuk ke asramanya tanpa peduli yang isinya hanya laki-laki, dan memintanya mengantarku pulang.
Randi bertanya kenapa aku bisa sampi ke tempatnya, saat itu aku tidak mengatakan yang sebenarnya, tapi aku berterima kasih pada Regan abangnya Mega. Ajarannya membuatku sampai ke tempat Randi tanpa uang sedikit pun di saku.
"Tidak salah melakukan apapun, atau merugikan siapa pun jika kita sedang membutuhkannya."
Kalimat Regan itu sudah menjadi pegangan hidupku.
Aku pulang masih dengan luka yang ada ditubuhku, sisa menyelamatkan teman kelasku saat itu. Tidak ada sambutan hangat, atau sekedar menanyakan diriku yang sangat berantakan ini. Tapi, papa hanya menatapku datar.
"Kenapa pulang?"
Pertanyaan itu membuatku terdiam, aku memang jarang pulang karena lebih sering menginap di rumah yang diberikan Regan pada kami bertiga, hasil dari kerja keras.
Aku lupa, jika keluargaku sangat berbeda, bahkan mama hanya bisa berada di belakang papa. Seharusnya aku tidak kembali, dan seharusnya aku melepaskan diri.
Dalam sekejap aku seperti orang asing di rumah itu, karena papa sudah tidak menganggapku bagian dari dirinya lagi.
"Saya tidak pernah memiliki anak perempuan sepertimu."
Aku salah, anggapanku tentang papa yang memberiku sedikit kebebasan ternyata bukan karena rasa sayangnya, atau karena aku satu-satunya anak perempuannya. Dia tidak menganggapku lagi.
"Wah, selama ini Audi gak anak Papa?" tanyaku saat itu, tapi tidak ada jawaban sedikit pun darinya.
"Oke, Audi bakal pergi. Audi bakal kasih tau orang di luar sana tentang Papa. Termasuk ngasih tau orang tentang mereka yang Papa kurung di lantai bawah, dan nanti Papa buang ke sungai di sana," tunjukku keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/267226384-288-k398012.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
غموض / إثارةJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...