"Aku hanya ingin berbagi rasa sakit itu denganmu"
____
Tidak ada rasa peduli sedikit pun membuat Felly dan Gilang geram dengan sikap Regan pada adiknya sendiri.
"Kan dia udah dikasi pertolongan, bentar lagi bakal bangun," ucapnya dengan santai.
Mungkin saja, jika laki-laki itu ada di hadapan Gilang, ia tidak akan segan melayangkan pukulan pada Regan.
"Oh iya, Fel. Fotokan berkas yang diambilkan Mega, terus kirim ke gue."
Laki-laki itu langsung memutuskan panggilannya. Felly menahan amarah dan genangan air mata agar tidak keluar. Mega memang wanita kuat.
Matahari beranjak naik ke permukaan, sedangkan Mega masih belum sadarkan diri. Setelah mengirimkan permintaan Regan, Felly masih kesal dengan Gilang karena ulah laki-laki itu. Tapi, melihat kondisi Mega saat ini, ia hanya seperti orang yang sedang tertidur lelap.
"Gak ada makanan Fel?" tanya Gilang sambil memperhatikan Felly yang sedang membalikkan kertas demi kertas di tangannya.
Felly menghela napasnya, ia menunjuk bagasi tempat persediaan makanan mereka. Posisi mereka sekarang hanya di tepi jalanan yang sunyi, mereka tidak berani keluar dengan kondisi Mega yang belum sadarkan diri, karena tidak menutup kemungkinan jika mereka akan dihadang di persimpangan depan.
Tiupan angin menjatuhkan beberapa kertas yang ada di tangan Felly, tapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya saat melihat foto Audi ada di sana. Saat itu Gilang yang baru saja kembali dari belakang mobil mengambil kertas itu—wajah yang tak asing di matanya.
"Audi?".
Dua manusia itu langsung menatap ke arah sumber suara, Mega duduk di pintu mobil dengan santai, walau rambutnya sedikit berantakan. Ia mengambil alih dari tangan Gilang dan melihat semua data diri Audi ada di dalam kertas itu, termasuk alamatnya.
"Kaki lo gak apa-apa?"
Gilang melihat kaki Mega, bahkan balutan kain sudah dilepas. Begitu juga dengan Felly. Ia tidak percaya melihat kondisi Mega seperti baik-baik saja.
Wanita itu hanya menganggukkan kepala dan kembali melihat data tentang Audi. Felly dan Gilang bertukar pandangan. Beberapa jam lalu lututnya bergeser, tapi saat ini ia terlihat santai. Felly menepuk pundak Gilang.
"Lo hebat, Lang." Felly mengacungkan jempolnya dan beralih ke hadapan Mega.
"Kita ke rumah Audi. Ini alamatnya, bisa aja keluarganya tau tentang dia."
Ajakan Mega menimbulkan tanda tanya di kepala Felly, jika keluarganya tau, tidak mungkin Yudi ikut mencari Audi.
"Yudi?"
Mega menganggukkan kepalanya, benar juga tentang Yudi. Sedangkan Gilang masih melihat kaki Mega. Membuat wanita itu risih dengan tatapannya.
"Jangan mikir aneh-aneh lo!" tatap Mega tajam.
"Gue gak mikir aneh, tapi kaki lo beneran udah sehat?"
"Mau gue tendang buat mastiin?" tanya Mega.
Gilang menyodorkan kakinya pada Mega tanpa ragu, ia melayangkan kakinya ke arah Gilang dengan kuat. Dan benar saja, laki-laki itu meringis kesakitan. Kaki Mega tidak rusak sama sekali. Tanpa disadari, Gilang bangga dengan dirinya sendiri.
Terik matahari sudah mulai menggigit permukaan kulit mereka. Felly dan Gilang kembali masuk ke dalam mobil. Mereka kembali melihat satu persatu isi kertas itu, dan semuanya berhubungan dengan Audi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
Mystery / ThrillerJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...