Part 24: Kembali

13 7 2
                                    

"Benar atau tidak, karena itu dibutuhkan pembenaran."
___



Untuk pertama kalinya merasa mengambil tindakan gegabah. Mega hampir memutar balik laju motornya kembali pulang. Tapi, Audi tidak akan mencelakai temannya sendiri. Karena mereka berdua lebih akrab daripada dengan dirinya yang agak tertutup.

Mega tidak membawa apapun, hanya pisau yang selalu ada di kantong belakangnya, mainan runcing yang melingkar di lengannya, dan alat setrum di balik jaketnya. Ponselnya mati total karena Audi tadi.

Melewati perbatasan kota dan jalanan mulai sunyi. Mega menambah kecepatan motornya, ia yakin mobil Regan pasti belum jauh darinya.

Beberapa kemungkinan terlintas di kepalanya. Mungkin saja data Audi dimanipulasi, dan dia sengaja dikucilkan. Ia tidak akan percaya jika Audi sudah meninggal. Lalu siapa yang makan bersamanya tadi, siapa yang memohon padanya tadi, dan siapa yang melempar ponselnya.

Ada hal yang harus diungkap tentang Audi, setidaknya jika sesuatu terungkap dia tidak akan hidup dalam ketakutan lagi.

Bunyi binatang malam membuat merinding, suara yang menemani perjalanan malamnya. Perjalanannya tidak jauh lagi, Mega melihat bangunan tempat pertemuannya dengan Yudi. Apa kabar dengan laki-laki itu. Ia menghilang begitu saja saat mengurung mereka waktu itu.

Pandangan Mega teralihkan saat melihat ada pergerakan cahaya di salah satu jendela kaca lantai dua. Entah apa yang ada di dalam pikiran Mega, ia malajukan motornya ke tempat itu.

Bangunan yang terlihat dari jauh karena bantuan cahaya rembulan, tapi saat didekati tidak ada satu pun lampu yang menyala. Mega meneguk salivanya pelan, ia menurunkan kakinya ke tanah tanpa mematikan mesin motornya agar lampu depan tetap menyala.

Mega berjalan ke sisi jendela yang tadi terlihat ada cahaya kecil di dalamnya, ia mendongakkan kepala memastikan apakah cahaya itu benar ada atau bukan. Tapi, suasana menjadi gelap, karena motornya tiba-tiba mati.

Mega menahan napas, dan kembali dikagetkan saat melihat bayangan menempel pada kaca jendela. Ia menahan suaranya, sambil memejamkan mata.

Bukankah ini sudah biasa? Ia terus menguatkan hatinya.

Tanpa bantuan cahaya, Mega memutuskan masuk ke tempat itu—gelap.

Berkali-kali ia mengatur napasnya, bukan karena rasa takut. Ia hanya bersiap jika ada serangan yang datang. Kakinya melangkah menaiki tangga, dan kembali  memejamkan mata saat mendengar seperti besi yang diseret di pada lantai.

Tidak ada apapun di bawah sana, ia kembali melangkahkan kakinya. Saat sudah berada di lantai dua, Mega berjalan sambil meraba dinding, berharap menemukan kontak lampu di sana.

Suara pintu yang berderik disetiap langkahnya, dan besi yang sesekali terdengar dilempar membentur dinding. Mega merasakan sesuatu seperti kontak lampu, dan langsung ia tekan. Baru saja ia menekakannya dan...

Mega langsung terperenjat saat mendengar pintu terhempas kuat tepat di sebelahnya. Beriringan dengan beberapa lampu yang menyala. Ruangan yang cukup besar ini butuh lampu yang lebih terang.

Mengabaikan kekhawatiran akan suara menyebalkan itu, Mega berjalan ke arah sisi lain yang ia rasa tempat bayangan tadi berada.

Ah, gila. Seharusnya ia menghindar dari makhluk yang tak seharusnya terlihat. Tapi, Mega malah mencari keberadaanya.

Satu ruangan ada dua jendela, Mega mengingat jendela keberapa yang ia lihat dari luar. Dan ruangan tiga terakhir dari sudut kiri menjadi pilihannya. Mega menekan gagan pintu, dan ternyata tidak dikunci sama sekali.

WITH ME?  || Ryujin  ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang