“Jika ingin bertahan untuk hidup, maka tahanlah rasa sakit itu.”
_______
Masih memukuli kepalanya yang sakit, tidak ada pilihan lain untuk mengalihkan temannya. Mega mengatakan jika kondisi di rumah itu sedang tidak aman, dan menyuruhnya untuk kembali.
“Kalian balik aja, kita batalin misi buat negebunuh mereka. Karena situasi tidak memungkinkan. Lebih baik kembali dan bawa mobil ke halaman belakang.”
Makian kembali terdengar setelah Mega mengirim pesan suara pada Felly.
“Mau lo apa!” teriak Regan.
Bak mendengar gonggongan anjing saja, Mega mengabaikannya. Tidak mungkin ia melakukannya sekarang sedangkan rasa sakit itu masih tidak tertahankan. Butuh beberapa menit bagi Mega meredakannya, ia mengitari ruangan tersebut. Mencari barang yang dimaksud Regan.
Ruangan dengan besar enam kali empat meter itu hanya berisikan meja dan dua lemari kecil di sudut ruangan. Berkali-kali kata umpatan keluar dari mulut Mega, karena menahan sakit yang belum reda.
“Gue gak bakal mati hari ini.”
Mega berjalan dengan sempoyongan, dan dinding sebagai tempat berpegangan. Sesekali ia membenturkan kepalanya karena sakit itu malah menjalar ke tubuhnya.
“Lo kuat, gue tau itu,” ucapnya pada diri sendiri.
Akhirnya, dengan penuh perjuangan dan beberapa kali terduduk di lantai, tangan Mega menggapai lemari itu. Dilihatnya satu persatu laci, tapi ia tidak menemukan apapun. Hanya lemari kosong. Dan beralih pada lemari yang disebelahnya, sama saja—tidak ada apa pun.
Mega menjatuhkan tubuhnya, apakah barang itu sudah dipindahkan oleh mereka?
Mega merangkak ke arah meja, hanya kantong sampah yang ada di sana. Tapi, mungkin ada sesuatu. Ia memgambil dan menumpahkannya. Segala jenis obat-obatan berserakan di lantai. Ada beberapa obat yang tidak asing seperti analgetik dan morfin.
Sudah jelas yang dilihatnya bukan jenis analgetik biasa untuk pereda nyeri ringan.
“Kayaknya ini.”
Mega mengemas kembali barang-barang tersebut dan memasukkannya kembali. Sekarang ia hanya perlu mengambil berkas yang ada di ruangan tengah dan keluar dari rumah itu. Nyawa mereka tidak akan hilang hari ini.
Tapi, baru saja beberapa langkah menuju pintu. Rasa sakit di kepalanya benar-benar tidak tertahankan. Barang yang ada di tangannya kembali berserakan. Mega mengerjapkan mata beberapa kali. Mencoba menetralkan pandangannya.
Ia membungkam mulutnya sendiri bahkan menggigit tangannya hingga berdarah karena menahan rasa sakit. Matanya tertuju pada sebotol kecil cairan yang ada di lantai lengkap dengan suntikannya.
Tidak ada pilihan, dengan tangan yang tidak berhenti gemetar, Mega menjangkau botol kecil dan sebuah suntik.
Mega meneguk salivanya paksa dan menggigit bibir bawahnya saat jarum menembus kulit pada lengannya.
“Maaf, Fel. Gue gak bisa pegang janji kita.”
Felly dan Mega pernah berjanji untuk tidak menyentuh barang haram itu. “Cukup kita aja yang mencari uang haram, jangan biarin tubuh ini menikmati barang itu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
Mystery / ThrillerJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...