"Perpisahan yang sebenarnya adalah, ketika kalian berpisah dunia."______
Ruangan yang masih sama seperti sebelum mereka tinggalkan kemarin malam dan beberapa barang yang berserakan di lantai. Yudi masih mematung di depan pintu, menatap kerangka yang menghadap ke arahnya.
"Seharusnya Mama istirahat," gumamnya, tapi didengar oleh mereka semua yang ada di dalam ruangan.
Setelah diberitahu oleh Arsa, Regan dan Gilang menunggu Mega di dalam dan masuk bersamaan ke dalam ruangan Zenka.
"Nanti, kalian mau tolongin gue?" tanya Yudi sambil menatap tiga orang yang ada di dalam satu persatu. "Bantu nguburin Mama aja kok, dia udah capek berdiri di sana."
Tidak ada jawaban dari permintaannya, mereka sibuk mencari apa saja yang berhubungan dengan Audi.
Dari beberapa hal yang diketahui Regan tentang keluarga Audi, mereka incaran pihak kepolisian, tapi tidak ada bukti kuat untuk menahannya. Setiap bukti yang diterima, saat diserahkan pada kejaksaan, bukti itu seketika lenyap begitu saja.
Kasus penculikan, penyuludupan obat terlarang, dan juga di curigai kasus pembunuhan. Melihat bagaimana ketatnya penjagaan rumah itu, data yang didapatkan Regan ada benarnya
"Gue gak tau banyak tentang Papa, semasa hidup gue cuma dikurung di sebuah ruangan yang setiap tahunnya akan terus bertukar tempat. Gak tau apa kesalahan gue, kenapa cuma gue yang digituin."
"Gue gak tau kapan tepatnya Mama meninggal, kapan Audi ngilang, gue gak tau." Yudi menghela napas pasrah sambil mengacak lemari yang penuh dengan berbagai macam obat.
"Gue tau!" Yudi berseru. "Gue tau sesuatu," sambungnya lagi.
Serentak, Mega dan yang lainnya menoleh. Melihat Yudi yang berjalan menuju salah satu alat yang berbentuk robot pada dinding.
"Bantu gue," ujarnya
Yudi melihat sesuatu yang aneh pada layar monitor yang ada di sana, dan ternyata itu bukan sebuah layar, melainkan sebuah kotak yang dikunci rapat. Tapi, tidak ada salah satu dari mereka yang bisa mengoperasikannya.
"Arahin kamera ke tombolnya," ujar Arsa dari balik layar ponsel Regan. "Oke, bentar."
Arsa sibuk dengan laptopnya, mengotak atik keyboard-nya mencari cara membuka kotak itu. Tidak butuh waktu lama, saat tangannya menekan enter, kunci terbuka.
Yudi langsung membukanya, dan tangan Mega dengan cepat mengambil beberapa gumpalan kertas.
Kertas pertama kosong, ketas keduanya hanya berisikan coretan asal. Gilang mengambil satu gumpalan yang tersisa, baru saja membukanya, tanpa merapikannya, Mega yang melihat sekilas langsung mengenali tulisan itu.
Hai...
Yudi langsung terjatuh di lantai, tatapannya kosong. Sedangkan Mega, ia mencoba mengatur napasnya, tangannya mengepal, dan matanya mulai berkaca-kaca. Regan dan Gilang melanjutkan membaca isi surat itu.
"Masuk untuk kedua kalinya."
Serentak mereka menghadap ke arah pintu.
"Jangan harap kalian bisa keluar. Yang pertama kalian saya biarkan, tapi yang kedua?"
Tangan Yudi mengepal dan meninju lantai dengan keras.
"Berhenti!" teriaknya dengang lantang, ada sorot kemarahan yang ia tujukan pada laki-laki yang berdiri di ambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
Gizem / GerilimJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...