"Kata tidak mungkin itu nyatanya tidak pernah ada."
________
Saat teriakan Gilang keluar dari mulutnya, Mega merasa ada yang memanggil namanya. Sejenak, ia menyuruh kedua temannya untuk diam, dan memang ada yang memanggil namanya dari alat yang diberikan Arsa yang dipasangkan ke telinga.
"Tapi, gue gak yakin. Apa halusinasi gue aja, ya."
Felly mengambil alih benda kecil yang berbentuk magnet kecil dan menempelkan pada daun telinganya. Cukup lama ia memastikan suara itu benar dari sana atau bukan.
"Mungkin iya. Ini karena akses jaringan gak nyampe ke sini." Felly kembali melihat layar ponselnya, dan bahkan tidak bisa dioperasikan.
Waktu terus berjalan, menurut mereka di luar sana Arsa hanya bisa memantau kondisi. Tapi dugaan itu salah, gagang pintu bergerak. Awalnya mereka pikir itu adalah penjaga atau Yudi, tapi di balik pintu terlihat Arsa muncul di sana.
"Bang Arsa?!" teriak Mega kaget.
"Cepat, gak ada waktu. Kalian bisa keluar sekarang."
Arsa membuka pintu sedikit lebar, dan melihat kondisi mereka satu persatu. Pandangannya terfokus pada Felly.
"Anggap aja abis kemasukan, Bang," ucap Felly sedikit canggung dan merapikan rambutnya.
Arsa mengiring mereka ke ruang pemantauan, tempat Regan berada. Karena dari sana mereka bisa langsung keluar. Tapi, sebelum keluar dari tempat itu, masih ada satu ruangan yang harus mereka kunjungi, yaitu ruangan kerja Zenka.
"Gak ada waktu lagi, kalian gak bakal selamat kalau ketahuan, dan apalagi itu ke ruangannya." Arsa tidak percaya dengan mereka bertiga. Sama saja mereka menjemput ajalnya jika masuk ke ruangan itu.
"Dia gak peduli sama nyawa," ucap Arsa kembali memastikan.
"Tapi, kata Abang sampai jam lima tempat ini aman 'kan?" tanya Mega. "Kita bakal hati-hati. Abang cukup awasi aja," ucap Mega.
Arsa hanya bisa pasrah, lagi pula tujuan mereka menemukan Audi.
"Ya sudah, hati-hati. Tapi, inget. Jam lima kurang kalian harus keluar."
Arsa mengantar hingga ke depan ruangan papa Audi, tempat mereka berkunjung kemarin pagi. Arsa mengatakan, laki-laki itu tidak akan pernah di ruangan ini lewat dari jam dua belas malam. Dengan berat hati Arsa pergi meninggalkan mereka dan kembali ke ruangannya.
Baru kali ini Arsa merasakan bimbang meninggalkan suatu hal, termasuk mereka bertiga. Ia berpikir untuk kembali, tapi jika Arsa menemani mereka, lalu siapa yang akan memantau kondisinya.
Pintu ruangan terbuka, Arsa mendapati Regan sibuk dengan beberapa kertas yang ada di tangannya. Termasuk riwayat kejahatan pemilik rumah ini. Regan tidak mendapati Mega dan temannya bersama Arsa.
"Dimana mereka?"
Arsa melepas topinya dan menarik kursi di sebelah Regan. Tangannya sibuk menekan beberapa tombol di depan, dan layar utama langsung menampilkan sebuah ruangan yang terlihat begitu gelap.
"Di ruangan laki-laki itu," tunjuk Arsa pada lembar foto yang kebetulan sedang di tangan Regan. "Kata mereka, ada sesuatu tentang Audi di sana," sambung Arsa.
Seketika Regan terdiam, dan matanya beralih pada layar monitor di hadapan Arsa.
"Dimana mereka?" tanya Regan.
"Seharusnya mereka udah ada di dalam ruangan, tapi layarnya masih hitam," jawab Arsa.
"Cepat suruh mereka keluar!" perintah Regan. "Tadi gue liat dia masuk ke ruangannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
Mystery / ThrillerJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...