“Tidak semua orang bisa memperlihatkan rasa sayangnya.”
____“Kenapa bisa kepikiran bikin rumah kayak gini, ya?”
Gilang merenggangkan tubuhnya karena merangkak di ruangan sempit untuk waktu yang cukup lama. Mereka sudah berada di halaman belakang, dan harus berjalan sedikit lagi agar bisa sampai di tempat yang dimaksud oleh Yudi.
“Ingatan lo kuat banget, sumpah.”
Mega hanya menaikkan alisnya, menyombongkan diri karena kemampuannya sendiri.
Bayangan Audi dan Yudi yang diseret paksa oleh papanya terbayang di tempat ini. Sebelumnya Yudi mengatakan jika mereka selalu dipaksa pergi ke rumah itu untuk memikirkan kesalahan mereka karena tidak menurut dengan perkataan papanya. Tapi, seiring waktu Audi sudah sadar diri, bahkan ia setelah pulang dari luar, dengan sendirinya ia akan masuk ke tempat itu.
Gilang menyalakan senter dari ponselnya, tapi langsung ditahan oleh Mega.
“Nanti kita bakal ketahuan.”
“Lah, terus? Emang bisa jalan di tempat gelap ini?” tanya Gilang.
Mega berdecak kesal dan meraih tangan Gilang. Ia menggenggamnya agar laki-laki itu mengikuti langkahnya, dan lagi. Gilang terlihat memalukan di depan Mega.
Suara binatang malam tiba-tiba menghiasi telinga mereka, padahal beberapa waktu yang lalu hanya malam yang sunyi yang mereka rasakan. Suara itu seakan bersahutan satu dengan yang lain. Gilang menggenggam erat tangan Mega dan sebelahnya lagi meraba tembok tinggi yang ada di sebelahnya.
Mega merasakan mereka tidak hanya berdua saja, suasana yang sama saat ia berada di rumah dan dihantui oleh makhluk gila itu. Namun bedanya, tidak ada Felly yang bisa melihat keberadaan mereka.
Berkali-kali Mega mengatakan pada dirinya, tidak akan terjadi apa-apa. Bukan karena rasa takut, tapi memikirkan apa yang harus ia lakukan jika seandainya mereka diserang tiba-tiba.
Mega tidak tau jika jalan menuju tempat itu melewati terowongan yang di bawahnya terdapat sungai kecil. Di tengah malam yang gelap harus melewati tempat itu, akhirnya mereka menyalakan kembali senter dari ponsel Gilang. Tapi, saat itu Gilang merasakan tangannya ditampar kuat oleh sesuatu yang tak terlihat, membuat ponselnya jatuh ke dalam air.
Dugaan itu benar, ada makhluk lain yang mengikuti mereka.
“Buat sekarang, jangan hirauin, Meg. Jangan kepancing buat lawan mereka.” Gilang berbisik tepat pada daun telinga Mega. “Jelas, kita bakal mati.”
Mereka terus menyusuri terowongan itu dengan berjalan di sisi sungai dan berpegangan pada tembok yang ada. Sesekali genggaman mereka terlepas, bahkan merasakan langkah yang berat seakan ada tali yang menahan.
Suara gemercik air sungai semakin deras, seakan di sana ada sekelompok anak yang sedang berenang. Suara tawa mereka sesekali terdengar sayup di telinga.
“Sebenarnya, kalau kita gak ganggu, mereka gak bakal usik.” Gilang merangkul bahu Mega untuk sedikit merunduk karena terowongan itu semakin rendah.
“Omong kosong belaka, gue gak pernah gangguin mereka di rumah, tetap aja mereka ngusik.”
“Mungkin mereka terusik,” timpal Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
Mystery / ThrillerJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...