Part 27: Seharusnya Bukan Dia

8 6 0
                                    


"Jemputlah dia, sudah saatnya untuk pulang."
___



Diseret paksa oleh mereka yang bertubuh tegap, bahkan Regan pun tidak bisa melawannya. Surat terakhir itu mengatakan jika Audi sudah meninggal, lalu yang mereka temui selama ini siapa?

Meninggalnya Audi diperjelas oleh papanya sendiri.

"Kamu mau nyusul adek kamu itu? Papa bisa ngantar kamu ke sana. Bagi saya mudah untuk mengambil nyawa seseorang." Disaat nyawa yang dibicarakan, ia terlihat biasa saja, seakan itu bukanlah hal yang berharga.

"Benar bukan?" tanyanya sambil menatapku. "Saya tau, Anda juga melakukannya dengan mudah, dan didalangi oleh dia," tunjuknya pada Regan.

Kami diikat dengan satu rantai panjang yang terhubung satu dengan yang lain.

"Mau saya buktikan?" tanyanya lagi, sambil memberi kode pada salah satu penjaganya membawa seseorang ke dalam ruangan, dan itu Arsa.

Serentak mereka terbelalak kaget, bagaimana bisa keberadaan Arsa dapat diketahui. Wajah Arsa lebam di sisi kiri dan kanan, satu matanya bahkan sudah tertutup dengan darah yang sudah mengalir di pelipisnya.

Di belakangnya masuk beberapa orang lagi, membawa dua mesin seperti robot yang mereka temui di ruangan sebelumnya, dan beberapa brankar. Cukup untuk mereka semua.

"Mau lihat dulu?"

Arsa di baringkan secara paksa di tempat itu, rekannya dengan baju yang sama putih seperti yang dikenakan oleh Zenka, menghubungkan selang-selang kecil ke tubuh Arsa.

"Jika beruntung, kalian akan berterima kasih pada saya, dan mungkin meminta saya untuk melakukan hal yang sama pada kalian." Laki-laki tersenyum lalu mendekat ke arah Yudi, mengusap rambut anaknya itu.

"Dan kamu akan bangga sama Papa, Nak."

Regan terus memberontak, Arsa tidak boleh berada di sana. Dia harus pergi. Berulang Arsa menganggukkan kepala, mengatakan tidak apa-apa, dan memberi kode pada Gilang, jika kunci rantai mereka tidak jauh dari tempat Gilang berada.

Tiga botol cairan masuk ke dalam tubuh Arsa melalui jarum suntik. Mega menahan air matanya, dan menahan amarah yang ingin ia salurkan sekarang juga. Hal gila akan terjadi sebentar lagi.

Perlengkapan lengkap sudah terpasang di tubuhnya, dan terakhir Zenka memasang masker dan mulai membelakangi mereka semua.

Pemandangan yang tidak seharusnya mereka lihat terpaksa disaksikan karena berada tepat di depan mata. Regan tidak terima saat melihat laki-laki itu menoreh tangan Arsa, Regan masih memberontak, tapi tubuhnya mendapatkan hantaman keras dari salah satu penjaga.

Seisi ruangan penuh dengan suara dua mesin yang baru dinyalakan. Kunci yang dimaksud Arsa tadi sudah berada di tangan Gilang. Ia langsung menyenggol tangan Yudi, dan menyerahkan pada laki-laki itu. Lalu, Yudi melakukan hal yang sama pada Mega, memberikan kunci itu agar membukakan gembok di tangan Regan.

Sedikit lebih lama, karena tubuh laki-laki itu tersungkur ke lantai. Mega membiarkan Regan kembali ke posisi awal dan menyuruh Regan mengarahkan tangannya ke arahnya. Emosi Regan masih tidak terkendali melihat Arsa di sana.

"Bang," bisik Mega, ada nada tegas di sana. "Kita bisa tolongin Bang Arsa, kalau rantai ini kebuka. Tolong kerja samanya," gertak Mega.

Akhirnya Regan mengarahkan tangannya pada Mega, suara mesin itu membantu mereka sehingga pergerakan dan bunyi rantai tidak terdengar jelas. Dua kali putaran, kunci rantai terbuka di tangan Regan, Mega melepas perlahan dari tangannya dan membantu Yudi di sebelahnya.

WITH ME?  || Ryujin  ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang