Part 22: Tidak Akan pernah

15 8 2
                                    


"Siapa pun itu, mereka tidak akan pernah merenggut apa yang menjadi milikku."

___




Pintu rumah terbuka, bayangan yang  terpikirkan, rumah ini  berantakan. Tapi, dugaannya salah. Kondisi rumah itu masih sama seperti saat mereka tinggalkan.

"Kalian tinggal di sini?" tanya Audi yang langsung duduk di ruang tengah, ia menyandarkan tubuhnya sambil tersenyum lebar. "Enak, ya," gumamnya.

"Di rumah gak ada apa-apa. nanti kita pesan aja, ya." Felly ikut duduk di sebelah Audi. Berbeda dengan Mega, ia langsung ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya.

Mega menghempaskan tubuhnya, rasa kantuk yang tidak bisa ditahankan lagi. Bertemu dengan Audi malah menjadi beban baginya sekarang. Bukan karena tidak merindukan, tapi ia merasakan keganjalan dengan temannya itu.

Masih ada beberapa hal lagi yang harus ia pikirkan, tapi kepalanya kembali merasakan sakit. Setelah menyuntikkan cairan ke lengannya, Mega terlelap begitu saja. Berharap saat ia terbangun, semuanya menghilang.

Hampir satu hari penuh Felly dan Audi menghabiskan waktu bersama, tidak dengan Mega. Dia masih tertidur sejak mereka sampai di rumah.

"Biarin aja, dia agak susah tidur, kalau sekali tidur emang lama gitu," tahan Felly saat Audi ingin membangunkannya.

Setiap malamnya akan ada yang mengganggu, tapi tidak dengan malam ini. Setidaknya mereka bisa tenang, dan Audi tidak akan ketakutan.

Mega belum keluar dari kamarnya, mereka akhirnya melihat keadaan temannya itu. Tapi, saat pintu terbuka, Felly langsung berlari ke dalam saat melihat Mega tengah membenturkan kepalanya pada sisi lemari.

"Meg!" teriak Felly yang disusul Audi.

Sakit yang tak kunjung hilang, Felly menyarankan untuk pergi kedokter tapi ditolak oleh Mega.

"Gue gak apa-apa." Mega menyingkirkan tangan Felly dari tubuhnya, dan mengambil handuk di dalam lemari.

"Gue mau mandi." Mega menatap Audi yang berada di sisi Felly. "Lo hutang cerita 'kan sama kita?"

Audi menganggukkan kepala dan tersenyum, dengan tangan yang menyilang di depan dada. "Iya, gue emang mau cerita, tapi nunggu lo bangun dulu," jawabnya.

Mega melihat jam di dinding, hampir 12 jam ia tertidur. Entah iu benar tidur, atau pingsan karena rasa sakit yang sebelumnya ia rasakan.

**

Mega melihat sekitarnya, ruangan itu masih tertata rapi. Malam ini tidak ada gangguan yang datang. Semangkok mie  panas ditaruh tepat di hadapan Audi dan Mega. Wanita itu tersenyum dan menyerahkan sendok kepada kedua temannya.

Tidak ada suara di antara mereka, keberadaan Mega membuat suasana sedikit canggung karena wanita itu hanya diam.

"Jadi? Dua tahun ini?" Mega buka suara sambil menatap Audi.

Audi memiringkan kepalanya, dan memberi jeda sebelum ia membalas pertanyaan Mega.

"Terus, data tentang lo yang stres?" tanya Mega kembali karen belum ada jawaban dari Audi.

"Itu sebenernya data Yudi. Tapi, karena gue yang ada di rumah waktu itu. Papa ngubah jadi nama gue," jawab Audi santai dan meminum kuah mie yang masih sedikit panas itu.

"Yudi?" tanya Felly yang langsung dibalas anggukan.

"Kalian dulu gak pernah ketemu Yudi 'kan? Sama gue juga gak. Gue pikir gue gak ada saudara kembar. Dia disembunyikan di tempat yang kami gak tau, termasuk Mama sekali pun."

WITH ME?  || Ryujin  ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang