Part 15: Rumah

24 17 51
                                    

“Terkadang pelampiasan itu memang diperlukan.”
____





Pertukaran siang malam tidak akan  tahu jika berada di tempat ini. Mungkin saja, jika alat yang melingkar di tangan tidak berbunyi, mereka tidak tahu jika malam sudah hampir berjalan beberapa waktu yang lalu.

Mereka masih terkurung di dalam ruangan yang tidak terlalu besar itu, sibuk dengan pikiran masing-masing, dan Felly masih berkutat dengan kertas yang ia bawa dari ruangan sebelumnya.

“Masih belum?”

Sebuah anak dadu dilempar oleh Yudi ke hadapan Felly. “Audi sering mainin itu.”

Mega meraihnya dan memutar dengan ujung jari telunjuk. Memainkan di lantai dengan rasa bosannya dan tangan kanannya digunakan untuk menopang dagu. Sedangkan Gilang sudah berkelana di alam mimpinya.

“Tunggu.” Felly menahan tangan Mega.

Felly mengambil alih dadu dan menaruh di atas kertas.

Saat tangannya berhenti di angka satu, “A,” lalu ia memutar ke angka dua, “B,” dan seterusnya hingga ke angka enam, “Dan F,” lanjut Felly sambil tersenyum menatap Mega.

“Gak salah lo punya otak encer gini,” tawa Mega di ujung kalimatnya.

“Kalau encer, gue tidur tumpah otaknya.” Felly menatap Mega sambil tersenyum.

Tanpa perlu instruksi, Mega langsung mencatat pola urutan abjad hingga hitungan enam di ponselnya, dan melanjutkan urutan tersebut dengan mengulang hitungan itu dari awal.

“Dadu enam, urutan ketiga? “ tanya Felly pada Mega yang sedang menyusun abjad di dalam ponsel Yudi.

“R,” jawab Mega.

“Dadu tiga, urutan keempat,” lanjut Felly.

“U.”

“Dadu satu, urutan tiga?”

“M,” jawab mega dengan cepat. “A,” lanjut Mega saat melihat hanya ada satu titik di atas kertas itu.

“H?” tanya mereka bersamaan.

“Rumah?” ulang Mega.

Saat melihat dua wanita itu fokus memecahkan teori, Yudi berdiri di hadapan mereka dan tangan yang terlipat di depan dada. Keningnya mengerut mendengar hasil akhir pencarian mereka. ‘rumah’.

“Pasti ada sesuatu,” gumam Felly.

Entah apa yang ada di dalam pikiran Yudi saat itu, membuat  Felly dan Mega bingung melihatnya. Ia terduduk lemah di samping Mega. Ketakutan yang tak ingin ia bayangkan akhirnya terbayangkan juga.

“Are you okay?” tanya Felly, dan laki-laki itu menggelengkan kepala.

___

“Papa gue emang dokter.”

Pandangan kembali tertuju pada Yudi, setelah ia terdiam beberapa saat. Malam terus berjalan, Yudi menceritakan sedikit tentang papanya yang terobsesi dengan segala jenis percobaan untuk memperkuat manusia.

WITH ME?  || Ryujin  ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang