Part 10: Bertahanlah

67 46 67
                                    

“Bagaimana pun, tetaplah bertahan.”

____




“Yakin gak masuk?”

Pertanyaan Felly hanya mendapat respon senyuman dari Mega, beberapa hari ini dia jarang masuk kelas, bahkan mengambil izin sakit. Padahal yang dilakukannya hanyalah menatap layar tv yang menayangkan berita tak berbobot.

“Kasus narkoba, pelecehan anak di bawah umur, bahkan kasus lainnya. Masih aja memamerkan senyum tanpa malu di layar sana.”

Tidak hentinya mengomentari kelucuan negaranya sendiri, tapi masih saja dilihat. Felly hanya mendengus kesal dengan temannya itu. Sambil berjalan dia mengemasi barang yang masih ada di lantai. Sisa keributan tadi malam.

“Kenapa mereka gak ada di siang hari, ya?” tanya Felly, lalu meraih laptopnya di dekat Mega.

“Namanya setan, gak bisa liat orang tenang.”

“Lah, teman juga gitu kali,” timpal Felly.

“Berarti teman juga setan.” Mega memasukkan senggenggam kacang ke mulutnya.

Tidak terima dengan perkataan Mega, dia sama saja menyebutkan jika ia adalah setan. Felly menendang punggung Mega pelan, dan berlalu keluar rumah.

Beberapa menit Felly pergi, Mega memperhatikan setiap sudut rumah itu. Beberapa tempat yang tak pernah di sentuh oleh makhluk yang selalu menghantui mereka berdua. Salah satu tempat itu adalah dapur.

Satu tahun mereka menimbulkan keributan, dapur ini tidak pernah berantakan. Mega duduk di kursi makan yang tak pernah mereka duduki, karena jika makan, biasanya akan dibawa ke ruang tengah. Mereka tidak pernah makan di tempat itu.

Semua ruangan terlihat jelas dari tempat ini, karena dapur mereka sedikit tinggi dari ruangan tengah.

“Baru tau tempat ini bagus juga. Semua terlihat jelas.”

Tatapannya memperhatikan seluruh ruangan dapur, apa karena ruangan ini jarang mereka lewati. Felly hanya masak beberapa kali jika ada kesempatan, dan kamar mandi ada di kamar mereka masing-masing.

“Ini rumah kalian, ya?”

Mega melontarkan pertanyaan, walau tidak akan menimbulkan jawaban. Memang menakutkan, tapi di dalam hatinya kadang terbesit untuk bisa seperti Felly yang dapat melihat mereka. Wanita itu tersenyum, ia tau jika tidak sendiri di tempat ini. Bisa saja mereka menatap Mega sekarang.

Rasa takut, sudah tidak ada lagi dalam catatan hidupnya. Mungkin jika mereka menampakkan diri, ia hanya akan kaget sebentar lalu akan kembali seperti biasa.

“Tidakkah bisa kita berdamai?”

Dugaan Mega tidak pernah salah, mereka ada di ruangan itu. Sapu yang tadinya baru digantung Felly jatuh begitu saja dari gantungannya, membuat Mega berdecak kesal.

“Salah gue apa? Gue cuma nompang hidup woy!”

Suara pintu kamar yang dihempaskan membuat Mega terlonjak kaget. “Iya, gue diem.” Mega mengangkat tangannya dan berjalan ke ruang tengah kembali.

WITH ME?  || Ryujin  ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang