Part 21: Keanehan

16 7 19
                                    

"Beberapa orang memang lebih mementingkan teman, daripada uang."
____






Arsa memperbesar langkah menuju ruangan Zenka, takut sesuatu akan terjadi dengan Mega dan kedua temannya. Tapi,  baru saja berada di lantai dua sekilas ia melihat ke lantai atas, terlihat laki-laki itu bergegas keluar bersama seorang yang sering mendampinginya.

Tidak ada Mega dan yang lainnya, tapi saat ia melanjutkan langkahnya, Arsa melihat Yudi diseret paksa oleh dua orang penjaga lainnya. Namun, ketika ia melanjutkan langkahnya, Arsa dihalang oleh tiga temannya sesama bekerja.

"Kenapa?"

"Kita tau apa yang lo lakuin, tapi jangan masuk ke ruangan itu. Kita bakal jaga rahasia. Tenang saja," ucap salah satu temannya.

"Tapi..."

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Arsa dibawa paksa oleh mereka menuju keluar rumah.

"Pergilah, Tuan sudah tau dengan wajahmu. Jika, masih ingin tetap hidup jangan pernah menampakkan wajah di tempat ini."

Arsa tidak bisa pergi begitu saja, sedangkan Regan dan Adiknya masik di dalam.

"Temanmu sudah kami bawa pergi, pergilah."

Arsa tahu temannya itu berniat baik padanya, tapi ia tidak mungkin meninggakan mereka tetap di dalam sana. Ia mencoba memohon pada seniornya, tapi laki-laki itu tidak menjawab sedikit pun.

"Saya lakuin ini karena kamu sudah saya anggap keluarga, dan sekarang kamu berhak mendapat pekerjaan yang lebih layak di luar sana."

Arsa menggelengkan kepala, itu tidak penting baginya. Sekarang yang lebih penting keselamatan tiga orang yang ada di dalam ruangan atasannya.

"Tapi, saya mohon selamatkan mereka," mohon Arsa.

"Mereka tidak keluarga saya, jadi saya tidak ada hak melindunginya."

Arsa langsung bersujud di hadapan laki-laki itu, menyatukan dua telapak tangannya memohon agar laki-laki itu memberinya kesempatan.

Laki-laki itu malah tersenyum miring. "Setahu saya, kamu tidak memiliki keluarga, lalu atas dasar apa kamu melindunginya?"

"Atas dasar kemanusiaan," jawab Arsa.

Senyum itu berganti, lebih tulus daripada sebelumnya. Ia menyamakan posisinya dengan Arsa dan memegang bahunya.

"Memang sudah pantas kamu keluar dari tempat ini." Laki-laki itu berdiri sambil mengambil alat yang menempel di telinga Arsa, alat penghubungnya dengan Mega.

Ia menepuk bahu Arsa. "Mereka pasti bisa menghadapi dan mencari jalan keluarnya." Laki-laki itu berlalu meninggalkan Arsa setelah menghancurkan alat yang diambilnya tadi.

Di bawah langit gelap penghantar pagi, Arsa dan Regan terduduk lemah di dalam depan mobil Regan sambil menatap Rumah besar yang berada di bawahnya. Dan di dalam sana ada adiknya yang memperjuangkan nyawa demi seorang teman.

"Padahal tanpa bayaran, mereka mau saja melakukannya," gumam Regan sambil menghisap sebatang rokok di tangannya.

"Beberapa orang memang lebih mementingkan teman, daripada uang," balas Arsa.

**

Suara pintu  tertutup membuat mereka serentak menghadap ke belakang. Felly memastikan pintu itu, dan ternyata mereka dikunci di dalam sana.

Mega pun masih berusaha menghubungi Arsa dan Regan, tapi tetap saja, masih belum ada tanggapan dari mereka. Ia mengusap rambutnya. Mengutuk mereka semua yang datang dan pergi meninggalkan mereka begitu saja.

WITH ME?  || Ryujin  ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang