"Haruskah?"
___
Felly jalan mendekat, menarik tubuh Audi.
"Lo kenapa, Di!" teriak Felly. "Seharusnya lo terima kenyataan, peran lo di dunia ini udah selesai!"
Audi melepaskan kakinya dari Mega, dia tertawa sambil berjalan mendekati Felly. Tawa yang terdengar mengerikan. Mega berusaha bangkit, bau amis darah yang melekat di punggungnya menambah rasa sakit kepalanya.
"Jadi, kalian gak terima gue?" Audi berhenti dan berbalik menatap Mega yang masih berusaha menahan rasa sakitnya. "Kalian gak bakal bisa halangin gue, selagi tubuh gue gak ditemuin."
Audi mengarahkan tangannya ke sisi lain, mengacak rumah itu semaunya.
"Ini semua gak seutuhnya salah gue, mereka yang nyembunyiin gue. Jadi, gue ada di sini bukan kehendak sendiri."
Mega mengikuti kemana arah tangan Audi, kekacauan yang serupa. Mega tersenyum singkat.
"Jadi, selama ini lo? Lo yang lakuin ini semua ke kita selama satu tahun ini?" tanya Mega, ia mendekat ke arah Audi.
"Kalau iya kenapa? Dan mereka yang datengin tiap malam juga suruhan gue, buat bawa kalian ke gue."
"Hidup gue udah tenang di tempat ini. Terus kalian datang, awalnya menyebalkan, tapi gue sadar kalian teman gue, dan akan selalu jadi teman gue. Kalian hadir lagi, itu tandanya kita sudah ditakdirkan bersama, hanya saja kita ada di dunia yang berbeda. Tugas gue, nyatuin dunia kita, bukan nyatuin, lebih tepatnya bawa kalian ke dunia gue."
"Karena lo gak bakal bisa balik ke dunia kami?" tanya Felly.
"Ding dong," jawab Audi sambil tersenyum. "That's true," sambungnya.
"Gak bakal bisa, Di. Lo salah."
Audi berbalik, berjalan ke arah Mega. "Gak ada yang salah! Kalian yang salah, kenapa kalian masih bisa bertahan setelah sejauh ini yang kalian lakukan? Kenapa?!" teriak Audi
"Waktu itu, lo jatuh dari lantai dua, lo yang terus disiksa Regan, kenapa masih bertahan? Padahal gue nungguin kalian!" tunjuk Audi, dan beralih pada Felly.
"Dan lo," tatapnya tajam. "Tiap hari, tiap malam lo liat makhluk menyeramkan yang gak seharusnya lo liat, kenapa masih bertahan, kenapa?" Audi mengacak rambutnya, berteriak dan menangis. "Kenapa gue gak kayak kalian," ucapnya di sela tangisan yang ia keluarkan.
Mega dan Felly saling menatap, mereka mendekat. Berniat menenangkan wanita itu, tapi ia mengangakat kepalanya, dan tersenyum pada dua temannya.
"Tetap saja, kalian harus pergi!"
Audi tertawa dan mengarahkan tangannya mengangkat kursi yang ada di dapur. Kursi itu melayang ke udara, namun kembai jatuh saat seseorang memanggil namanya.
Pandangan mereka semua teralihkan pada tiga orang laki-laki yang berdiri di lorong menuju ruang tengah.
"Di," panggil Yudi lagi.
"Jangan mendekat!" tatap Audi tajam. "Apa lagi mau lo?"
"Gue mau kita kumpul lagi, tempat yang gak ada papa di sana. Kita bakal bahagia, di depan mata papa. Lo harus percaya sama gue." Yudi berjalan mendekat.
"Atas dasar apa gue harus percaya sama lo?"
"Lo gak bisa ajak orang yang masih punya keluarganya sendiri, tempat pulang itu keluarga, dan itu gue, Di." Yudi mengalihkan pertanyaan Audi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH ME? || Ryujin ✔️
Mystery / ThrillerJuara 2 dalam kompetisi Writing With Shana Publisher 🥈 Ding... Dong... Suara bel yang tak henti berirama, nyatanya rumah ini sama sekali tidak dipasang bel yang nyata. Namun, suara itu seakan nyata sampai ke telinga. Boleh berterima kasih akan ha...