dua

136 65 10
                                    

Deana menatap pasrah.

Bukan karena River anak dari donatur utama SMA RPS. Bukan karena River anak kesayangan guru karena ketampanan dan prestasi non akademiknya. Bukan pula karena River ditakuti anak laki - laki satu angkatan. Namun kenakalan River akan semakin menjadi - jadi bila semakin keras guru menegur.

Emang gak waras.. Batin Alara.

Terpaksa ia melangkah menghampiri River usai berterimakasih pada Deana. Guru itu tersenyum lalu beranjak pergi. Berniat mempersilahkan guru lain yang sudah menunggu untuk mengajar.

River tersenyum begitu Alara berhenti selangkah dari bangku sisinya, "gue River."

Alara mengangguk sopan, tanpa senyuman.

Masih jadi tontonan satu kelas, kini River meletakkan tangan kanannya diatas sandaran kursi Alara. Spontan Alara kembali mundur, padahal baru saja ia akan duduk.

River dengan santai bertanya, "kenapa?"

"Tangan lo-"

"Tangan gue kenapa?"

"Arghh.."

Kesal. Cowok ini benar-benar membuat kesabarannya habis. Alara menyingkirkan paksa, barulah dia duduk. Membuat River bertopang dagu, menatap Alara seksama. Yang ditatap balas menatap tak suka.

"Cantik, tapi jutek, Ah males."

"Daripada lo tampang good looking kelakuan kayak setan!"

Kicep.

Bukan River, tapi satu kelas. Hening sejenak, Baru pernah ada cewek memperlakukan River seperti itu. Kebanyakan cewek justru malu - malu najis, ya malu tapi mau. Mau dipacarin.

River terbahak - bahak, "lo- ahahahahah."

Alara meletakkan punggung tangannya pada dahi River, "ga waras emang. Ketawa sendiri."

"Ih eneng udah main pegang - pegang. Abang jadi malu~"

"NAJIS."

Alara dengan cepat menarik kembali tangan kanannya. Mengibaskan, barangkali ia tertular viruz sinting River nantinya. Tak peduli River yang kembali tertawa tebahak-bahak. Satu yang ia pikirkan.

River lebih menyebalkan dari Renniel...

Padahal selama ini tidak ada yang lebih menyebalkan dari seorang Renniel Valdeviesso baginya.

"Selamat pagi anak-anak, pelajaran fisika hari ini akan dimulai," Seorang guru wanita yang usianya lebih tua dari bu Deana memasuki ruangan. Seusai menyapa, ia kembali berkata, "materi sebelumnya sampai mana ya anak-anak?"

Riuh, suara lembaran buku dimana-mana. Si teladan, mencari halaman dimana ia menulis terakhir kali. Si pintar, tentu ingat langsung menyahut guru. Si tukang tidur, hanya bangun sambil mengelap air di wajahnya.

Si bodoamat, pura-pura lupa aja.

"Gue gak tau apa-apa. Gimana dong?" bisik Alara pada River, menyadari dia anak baru tentu saja belum pernah sekalipun menulis materi.

River melirik sejenak, "pake catatan gue."

'Gue kira dia ga pernah nulis ginian. Ternyata peduli ilmu juga orangnya.. '

Alara berbatin seolah terpana, gadis itu membuka lembaran demi lembaran buku tulis River.

"Lo gimana?"

"Gimana apanya?"

"Lo juga harus nyimak materi kan."

River tersenyum miring, perasaan Alara tidak akan enak.

R I V E R [ END ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang