lima belas

330 48 4
                                        

"Lo bener - bener bikin gue bingung, setan!"

River terkekeh, semenit yang lalu ia ditarik oleh Joe menuju halaman belakang yang sepi. Lagi - lagi mereka berbincang berdua.

"Udah gue bilang gue ga bisa."

Joe menyibak rambutnya ke belakang, frustasi. "Lo bilang masih ada rasa tadi pagi, Amnesia?"

River menggeleng, "gue terpaksa."

"Jelasin."

"Gue emang masih ada rasa, tapi gue ga bisa deketin Alara.  Bukan karena dia suka sama lo, bukan karena gue takut sama Ren," River memberi jeda sembari menghela napas berat. "Lagian gue ga pantes buat dia."

Joe berdecak, ia masih tidak paham karakter River. River nampak kebingungan, seolah ia tak punya jalan lain. Joe mendukung perasaan River pada Alara walaupun ia menjadi orang yang disukai Alara sendiri. Joe tidak ada rasa apapun, bahkan kehilangan Alara saja tidak masalah baginya untuk sekarang.

Joe tahu, River kini kembali berubah sikap dengan segala ke - playboy annya. Sebelum Alara hadir, River sama seperti ini. Berganti cewek setiap bulan bahkan terkadang setiap minggunya. Joe sebenarnya tidak menyukai sikap River yang seperti ini. Namun beberapa hari lalu, begitu Alara hadir. River menjadi sosok yang berbeda.

"Alesannya apa?"

River berdecak, "Udah. Lo pacarin dia aja, no prob."

Joe menahan River begitu cowok itu hendak pergi, Joe ingin tahu alasannya. Sejak kecil, keluarganya sangat dekat dengan River. Bahkan sudah dianggap keluarga kandung, River menjadi teman dekatnya bahkan lebih lama dari Sean bersahabat dengan River. Joe ingin sekali, sikap River kembali seperti aslinya lagi. Bukan anak nakal yang nampak seperti berandalan dengan banyak cewek yang River mainkan perasaannya.

"Lo ga berhak tau."

"Ga bisa? bro, dari dulu gue selalu ada buat lo. Dengerin masalah lo, kasih solusi buat lo.  Sekarang lo ada masalah lo bilang gue ga berhak tau??!"

River mengernyit, "ini berkaitan sama keluarga gue."

"Apa yang gue ga tau dari keluarga lo?!" Joe tak habis pikir, River yang selalu terbuka mendadak menutupi dirinya seperti ini. "Kalo lo ada masalah, jangan lo pendem sendiri!"

"Berisik!"

Joe hilang kesabaran, tangan kanannya mengepal. Tak tahan dengan sifat sahabat kecilnya yang semakin lama semakin berubah. Pukulan Joe siap melayang dan mendarat pada pipi kiri River. Namun terhenti.

Joe mengurungkan niat begitu River mengucapkan kalimat yang membuatnya tergugu sesaat.

"Nyokap bakal cerai, Joe!!"

River menghela napas berat, manik hitamnya sayu menatap Joe pasrah. River meringis, hatinya kian terkikis. Tak tahan lagi - lagi bayangan Anggi yang tak kunjung berhenti menangis di setiap malamnya.

"Cowok brengsek itu selingkuh.. sama ibu dari orang yang gue suka."

Joe terbelalak. Ia tak dapat berkata - kata, entahlah... menurutnya sendiri, beban yang diterima River ini sulit sekali. Bagai masalah yang tak bersolusi. Joe menghela napas setelah akhirnua berusaha tenang dari kagetnya sesaat lalu. Ia menepuk pundak River, menatap serius.

"Lo harus kuat. Kalo lo butuh bantuan, duit, tempat tinggal sekalipun. Ri, lo bilang aja sama gue."

River balas menatap, ia tersenyum sendu. Selalu saja sebaik ini. Joe yang dingin, hanya luluh dengan orang - orang terdekatnya. Bahkan sebenarnya.. Joe ini orang yang hangat. Sangat.

R I V E R [ END ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang